Belakangan ini, Junaid Miran menarik perhatian publik setelah mengklaim bahwa film animasi Merah Putih One for All menggunakan karakter yang dibuatnya tanpa izin. Perdebatan ini menjadi viral di media sosial, membanjiri platform dengan berbagai komentar dan kritik terhadap film yang dirilis pada 14 Agustus 2025 tersebut. Dalam komentar yang diungkapkan melalui akun Twitter Indonesian Pop Base pada 12 Agustus 2025, Junaid menegaskan bahwa tim produksi film tidak pernah menghubunginya dan gagal memberikan kredit atas penggunaan enam karakter miliknya dalam film tersebut.
Dalam cuitannya, Junaid menulis, "Terima kasih atas apresiasinya, semua dari Indonesia! Untuk menjawab pertanyaan yang paling sering diajukan: Tidak, tidak ada satu pun dari tim produksi yang menghubungi saya atau memberi saya kredit atas penggunaan karakter saya sebagai tokoh utama dalam film. Mereka telah menggunakan total 6 karakter." Ucapan ini mendapat dukungan dan sorotan luas, dengan ratusan ribu tayangan dan ribuan interaksi, memperkuat kontroversi yang melingkupi film tersebut.
Salah satu karakter yang menjadi sorotan adalah Jayden, yang disebut-sebut memiliki kemiripan dengan model animasi yang pernah dihasilkan oleh Junaid. Beberapa netizen berspekulasi bahwa pihak pembuat film telah membeli karakter tersebut, yang diketahui dijual dengan harga sekitar USD 43,50 (setara Rp700 ribuan). Namun, tidak sedikit pula yang menuding bahwa karakter tersebut digunakan tanpa izin. Mereka berargumen bahwa jika karakter itu benar-benar dibeli secara resmi, seharusnya nama penciptanya dicantumkan.
Tak hanya Junaid, pengguna YouTube bernama @nickoboyxz juga menunjukkan kritik tajam. Ia berpendapat bahwa membeli karakter bukan berarti bisa mengklaimnya sepenuhnya tanpa memberi kredit pada pencipta asli, terutama jika karya tersebut ditayangkan di bioskop pada momen yang bertepatan dengan Hari Kemerdekaan.
Junaid Miran sendiri adalah animator dan desainer 3D profesional, yang saat ini berdomisili di Uni Emirat Arab. Namun, ada informasi yang menyebutkan bahwa ia berasal dari Pakistan. Ia merupakan Reallusion Certified Content Developer, yang menunjukkan kompetensinya dalam menciptakan animasi dan model 3D menggunakan perangkat lunak Reallusion. Dalam karirnya, Junaid telah bekerja dengan lebih dari 600 klien dari berbagai sektor, termasuk teknologi dan hiburan.
Polemik dengan Film Merah Putih One For All
Kontroversi mengenai penggunaan karakter ini mendorong masyarakat untuk lebih mengenal sosok Junaid Miran dan karyanya. Dia dikenal aktif di platform YouTube, di mana ia memamerkan hasil karyanya. Karakter 3D yang dijualnya di Reallusion memiliki harga sekitar USD 149 per karakter, menunjukkan bahwa ia memiliki kontribusi signifikan dalam pasar animasi internasional.
Film Merah Putih One for All disutradarai oleh Endiarto dan Bintang, dengan produser Toto Soegriwo dan Sonny Pudjisasono. Namun, ketidaktahuan banyak orang mengenai nama-nama yang terlibat di dalamnya menimbulkan keraguan tambahan. Selain itu, fakta bahwa film ini diproduksi dalam waktu kurang dari dua bulan, yang dimulai pada bulan Juni 2025, juga menambah berbagai pertanyaan di kalangan kesiapan dan kualitas hasil produksinya.
Trailer film yang dirilis di beberapa kanal YouTube sebelum tayang pun mendapat kritik tajam. Banyak yang menyoroti kualitas animasi yang dianggap kurang memuaskan, sehingga menambah skeptisisme publik terhadap film tersebut.
Kontroversi ini tidak hanya memperpanjang diskusi soal hak cipta dalam industri kreatif di Indonesia, tetapi juga tentang bagaimana penghargaan terhadap pencipta dan karya asli harus diperhatikan. Junaid Miran, dengan pengalamannya yang luas dalam dunia animasi, kini berada di pusat perhatian, mendorong perdebatan yang lebih besar mengenai hak cipta dan pengakuan di dunia film Indonesia.





