Ifan Seventeen Tegaskan Film Merah Putih Bukan Produksi PFN, Tanpa Uang Negara!

Ifan Seventeen, selaku Direktur Utama Produksi Film Negara (PFN), memberikan klarifikasi mengenai kontroversi yang melibatkan film animasi “Merah Putih: One for All”. Film ini telah mencuri perhatian publik karena dianggap memiliki anggaran besar dan dipandang menggunakan dana pemerintah. Dalam penjelasannya, Ifan menegaskan bahwa film tersebut sepenuhnya diproduksi oleh pihak swasta, bukan oleh PFN.

“Saya ingin menegaskan bahwa film ini dimiliki dan diproduksi oleh rumah produksi swasta,” ujar Ifan, menekankan bahwa kewenangannya sebagai Direktur Utama PFN tidak mencakup pengaturan seluruh produksi film di Indonesia. Menurutnya, PFN tidak memproduksi semua film yang beredar, dan film “Merah Putih: One for All” tidak merupakan bagian dari proyek mereka.

Lebih lanjut, Ifan menambahkan bahwa tidak ada dana negara yang digunakan dalam produksi film ini, yang adalah penting untuk diluruskan mengingat berbagai spekulasi yang berkembang. Proses kelolosan film untuk tayang di bioskop, diakui Ifan, berada di bawah kewenangan Lembaga Sensor Film (LSF). Namun, LSF tidak menilai kualitas teknis dari film, melainkan hanya memastikan bahwa film itu memenuhi kriteria tertentu seperti tidak mengandung isu SARA atau kekerasan.

Salah satu isu yang mengemuka adalah biaya produksi film, yang diklaim producer Toto Soegriwo mencapai Rp6,7 miliar. Menariknya, sutradara Endiarto membantah angka tersebut dan menyarankan bahwa dana berasal dari keuangan pribadi. Proyek ini juga mengalami kritik terkait waktu produksi yang sangat cepat, kurang dari satu bulan.

Meskipun demikian, Ifan mengajak masyarakat untuk melihat film ini sebagai bagian dari proses belajar di industri animasi Indonesia. Ia mengakui bahwa kualitas film ini mungkin belum maksimal, tetapi ia menilai proses kreatif adalah hal yang penting dalam perkembangan industri. “Kualitas produksi adalah bagian dari proses pembelajaran. Film ini tidak menggunakan dana dari pemerintah sama sekali,” tegasnya.

Film “Merah Putih: One for All” mengangkat tema persatuan dan persahabatan yang dikemas dalam kisah delapan anak dari berbagai latar belakang budaya Indonesia. Mereka terpilih menjadi Tim Merah Putih dengan tanggung jawab menjaga bendera pusaka yang akan dikibarkan pada peringatan 17 Agustus. Cerita mulai menarik ketika bendera tersebut hilang menjelang hari H, yang kemudian memicu petualangan seru para anak-anak ini.

Dari segi produksi, film ini disutradarai oleh Endiarto dengan produser Toto Soegriwo dan dijadwalkan tayang di bioskop pada 14 Agustus 2025. Film berdurasi 70 menit ini mendapatkan klasifikasi untuk semua umur dan mencoba menyentuh berbagai elemen kebudayaan yang ada di Indonesia, seperti dari Betawi, Papua, dan Manado.

Kontroversi seputar kualitas visual dan teknis film ini ikut mencuat di kalangan netizen, di mana banyak yang berpendapat bahwa hasilnya tidak memenuhi standar industri animasi saat ini. Beberapa pengamat mencurigai bahwa produksi film ini menggunakan aset siap pakai, yang kemudian memperburuk respon publik terhadap film tersebut.

Secara keseluruhan, Ifan berharap masyarakat akan memberikan kesempatan kepada film ini dan menghargai proses kreatif yang terlibat, sembari terus menantikan proyek film animasi lainnya dari PFN yang direncanakan tayang di masa depan. Film berjudul “Pelangi di Mars” yang kini dalam proses produksi diklaim akan membawa kualitas lebih baik saat tayang pada 2026.

Exit mobile version