Fitri Salhuteru, seorang pengusaha berusia 50 tahun, menjadi sorotan setelah memberikan kesaksian dalam sidang kasus asusila yang melibatkan Vadel Badjideh di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada 13 Agustus 2025. Dalam keterangannya, ia mengaku belum pernah bertemu langsung dengan Vadel, meskipun hadir sebagai saksi dalam persidangan tersebut.
Fitri menjelaskan bahwa selama ini, komunikasi antara dirinya dan Vadel hanya dilakukan melalui pesan singkat di WhatsApp. “Bertemu dua abang Vadel juga baru hari ini,” katanya, mengindikasikan bahwa interaksi mereka terjalin tanpa pertemuan fisik sebelumnya. Hal ini menarik perhatian publik, mengingat posisi Fitri sebagai saksi yang diharapkan memberikan informasi penting dalam kasus yang krusial ini.
Meskipun mengalami tekanan dari situasi tersebut, Fitri berusaha untuk mengungkapkan isi percakapan yang dia lakukan dengan Vadel. Dalam percakapan tersebut, ia meminta Vadel untuk mengantarkan Laura Meizani, yang dikenal sebagai Lolly, untuk kembali ke rumah Nikita Mirzani. Fitri menekankan untuk selalu menjaga keselamatan Lolly dan meminta Vadel untuk bersikap hati-hati. “Apapun yang terjadi, pulang ke rumah. Mau diperlakukan apapun, dia tetap ibumu. Dengar saja, jangan melawan,” ujar Fitri saat menjelaskan peranannya.
Penting untuk dicatat bahwa sidang ini digelar secara tertutup, sehingga Fitri Salhuteru dihadapkan pada batasan untuk mengungkapkan informasi secara terbuka. Ia menegaskan bahwa kesaksiannya diukur berdasarkan apa yang diketahuinya tanpa menguntungkan salah satu pihak di dalam persidangan. “Saya menjawab pertanyaan jaksa dan hakim sesuai apa yang saya ketahui selama ini,” tambahnya.
Kesaksian ini menciptakan berbagai spekulasi di kalangan publik tentang tujuan dan dampak dari keterangannya. Masyarakat menantikan klarifikasi lebih lanjut mengenai hubungan antara para terlibat serta ragam aspek lain yang berpotensi terungkap dalam persidangan yang akan datang.
Selain itu, fakta bahwa Fitri yang juga seorang pengusaha mengaku tidak saling mengenal secara langsung dengan Vadel Badjideh, menambah nuansa misteri dalam kasus ini. Hal ini memunculkan pertanyaan seputar sejauh mana kedekatan mereka, mengingat komunikasi yang terjalin antara keduanya tidak diiringi dengan interaksi tatap muka.
Kesaksian Fitri Salhuteru juga menambah dimensi baru dalam analisis masyarakat mengenai masalah kekerasan terhadap anak dan bagaimana proses hukum menangani kasus-kasus semacam ini. Dengan komitmen untuk memberikan keterangan yang objektif dan seimbang, diharapkan Fitri dapat memberikan informasi yang berguna bagi penyelesaian kasus ini.
Di tengah-tengah perhatian publik, Fitri menunjukkan sikap yang profesional, mencoba menjalankan tanggung jawabnya sebagai saksi tanpa kehilangan integritasnya. Masyarakat menantikan perkembangan lebih lanjut dari proses hukum ini dan bagaimana berbagai elemen dalam kasus ini akan terungkap seiring berjalannya waktu.
Persidangan ini menyoroti isu yang lebih luas mengenai perlindungan anak dan tanggung jawab sosial kita sebagai masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang aman untuk generasi mendatang. Keterlibatan Fitri Salhuteru sebagai saksi memberikan harapan untuk memahami lebih dalam terkait dinamika kasus dan memberikan pelajaran berharga bagi semua pihak.
