Di tengah suasana duka yang meliputi rumah Mpok Alpa di Ciganjur, Jakarta Selatan, berbagai momen haru dan penuh kasih tersaji. Keluarga, sahabat, dan pelayat lainnya berdatangan untuk memberikan penghormatan terakhir. Namun, ada satu momen yang sangat menggugah hati, datang dari putra kedua Mpok Alpa, Fatih. Meskipun usianya masih belia, ia menunjukkan ketegaran yang luar biasa di tengah kesedihannya.
Fatih, yang mengenakan kaus biru, terlihat tegar namun jelas terkesan sedih dengan tatapan yang mencoba kuat. Di saat hening itu, sejumlah guru dari sekolahnya menyemarakkan rumah duka dengan menghampiri Fatih untuk memberikan dukungan moral. Dalam situasi yang penuh emosi ini, mereka hadir bukan hanya sebagai pendidik, tetapi juga sebagai sosok yang penuh kasih sayang.
Para guru tersebut datang dengan pelukan hangat dan bisikan semangat, membawa rasanya kembali ke satu tujuan—mendukung Fatih. Mereka terlihat bergantian memeluknya, bahkan beberapa di antaranya mencium tangannya dan mengusap air mata yang mencoba ia tahan. Keberadaan guru-guru ini membawa momen yang penuh cinta, menekankan pentingnya dukungan dari lingkungan pendidikan dalam masa-masa yang sulit.
“Saya ingin melihatmu tersenyum,” ucap salah satu guru dengan lembut, berusaha membangkitkan semangat Fatih. Pesan ini bukan sekedar penghiburan, melainkan janji yang mengingatkan Fatih bahwa ia masih memiliki dukungan dari banyak orang di sekitarnya. Kehadiran para pendidik ini menandakan bahwa meski ibunya telah tiada, ikatan kasih sayang dan dukungan tidak akan pernah pudar.
Seorang pria berpeci, yang juga merupakan salah satu pendidik Fatih, berjongkok untuk sejajar dengan pandangannya. Dengan nada penuh empati, ia memberikan pesan yang mendukung kebangkitan semangat belajar Fatih meski dalam situasi yang serba sulit. “Semangat, ya. Sekolahnya tetap semangat, oke?” katanya sambil mengelus kepala Fatih, menambah kehangatan di tengah suasana duka.
Momen ini mencerminkan bagaimana pendidikan dan dukungan komunitas menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan seorang anak. Fatih, yang dikelilingi oleh para guru dan pelayat lainnya, menunjukkan betapa pentingnya dukungan sosial untuk membantunya melewati masa-masa sulit. Dengan semangat yang ditularkan gurunya, Fatih diingatkan bahwa ia tidak sendirian dalam perjalanan hidupnya.
Di balik kesedihan yang melanda, terlihat betapa Mpok Alpa memiliki hubungan yang dekat dengan lingkungan sekitar, termasuk institusi pendidikan tempat anak-anaknya belajar. Banyak yang mengenal MPok Alpa sebagai sosok yang kaya akan cinta dan perhatian kepada komunitasnya, dan sekarang cinta itu tampaknya kembali kepada anak-anaknya melalui berbagai dukungan yang mereka terima.
Kehadiran para guru Fatih di rumah duka bukan hanya sekadar tindakan simpati. Ini adalah simbol nyata dari pelajaran hidup yang diajarkan oleh Mpok Alpa—betapa pentingnya untuk saling mendukung dan memberikan kasih sayang satu sama lain. Di ujung duka ini, Fatih menemukan kekuatan melalui kasih sayang yang mengalir dari selubung cinta yang diciptakan ibunya.
Fatih akan terus berjalan dalam perjalanan pendidikan dan hidupnya, dikuatkan oleh kasih sayang yang tidak akan pernah pudar, baik dari keluarganya maupun dari para guru yang siap selalu ada di sampingnya. Dalam segenap kesedihan, hadir harapan baru untuk masa depan, mengingatkan kita semua akan arti penting ikatan antara pendidik dan peserta didik.





