Tim Pra Produksi Film Margono 46 Ziarah ke Makam Pejuang Ekonomi demi Inspirasi

Tim pra produksi film Margono 46 melakukan ziarah ke makam Margono Djojohadikoesoemo, tokoh kunci dalam film yang akan mereka produksi. Kegiatan ini berlangsung di pemakaman Dawuhan, sebuah lokasi yang sering disebut sebagai "Imogiri-nya Banyumas". Suasana sore yang tenang dan temaram menambah kekhusyukan saat tim memanjatkan doa kepada pahlawan ekonomi tersebut.

Margono Djojohadikoesoemo dikenal sebagai pendiri Bank Negara Indonesia (BNI) dan merupakan salah satu tokoh penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Aris Notonogoro, penulis skenario film, menjelaskan bahwa makam tersebut juga merupakan tempat peristirahatan banyak tokoh penting Banyumas, termasuk Raden Joko Kaiman, bupati pertama Banyumas. Tradisi ziarah ke makam Raden Joko Kaiman dilakukan setiap tahun oleh perwakilan Pemda Banyumas sebagai bentuk penghormatan dan napak tilas sejarah.

Rombongan tim film dan perwakilan Bank BNI 46 juga melakukan ziarah ini sebagai bentuk penghormatan kepada Margono, yang merupakan bagian dari warisan sejarah ekonomi Indonesia. Dalam ziarah ini, Aris menegaskan pentingnya mengenal sejarah dan berjuang untuk menegakkan ekonomi bangsa. Lima ribu pula, Presiden Prabowo Subianto juga sering berziarah ke makam ini karena Margono adalah kakeknya melalui jalur ayah.

Melalui penelusuran silsilah keluarga, diketahui bahwa Prabowo juga memiliki garis keturunan dari keraton, baik dari Kasunanan Surakarta maupun Kasultanan Yogyakarta. Dengan demikian, keberadaan Margono dalam sejarah keluarga Prabowo memberikan dimensi baru dalam memahami latar belakang presiden Indonesia yang pertama kali berdarah Banyumas.

Ziarah ke makam ini mengingatkan kita akan panjangnya sejarah perjuangan keluarga presiden Prabowo. Banyak Wide, kakek buyut Margono, adalah salah satu komandan pasukan Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa antara 1825 hingga 1830. Setelah diasingkan oleh penjajah Belanda, lahir Margono, yang kemudian menjadi pahlawan kemerdekaan berkat andilnya di BPUPKI dan dalam mendirikan BNI.

Peluncuran film Margono 46 bukan sekadar bentuk penghormatan, melainkan juga upaya edukasi. Aris menyampaikan bahwa skenario film ini menggambarkan bahwa kemerdekaan Indonesia bukan hanya hasil perjuangan politik dan fisik, tetapi juga membutuhkan dukungan ekonomi yang kuat. Menghadapi upaya penjajah yang berusaha menghancurkan Indonesia melalui perang ekonomi, Margono berjuang mendirikan BNI sebagai bank sentral yang mencetak Oeang Republik Indonesia (ORI).

Hal ini menjadi bukti bahwa upaya Margono tidak hanya berdampak pada masa lalu, tetapi juga relevan bagi masyarakat saat ini. Film ini diharapkan dapat memberikan wawasan lebih dalam mengenai pentingnya peran ekonomi dalam mencapai kedaulatan negara.

Dengan rencana biaya produksi sekitar Rp50 miliar, film Margono 46 ditargetkan akan memulai syuting di Jakarta dan Banyumas. Melalui film ini, tim produksi berharap dapat menginspirasi generasi muda untuk lebih mengenal dan menghargai jasa pahlawan bangsa, sambil menyampaikan pesan bahwa perjuangan ekonomilah yang menjadi salah satu fondasi penting dalam kemerdekaan bangsa.

Ziarah yang dilakukan oleh tim pra produksi ini mendorong semangat generasi muda untuk terus mengingat dan menghargai warisan perjuangan para pahlawan. Diharapkan, film ini bisa menjadi jembatan untuk memahami betapa pentingnya kolaborasi antara perjuangan politik, fisik, dan ekonomi dalam meraih kemerdekaan.

Berita Terkait

Back to top button