Aktor Film Brimob Komentari Peristiwa Ojol yang Dilindas, Apa Kata Mereka?

Edward Akbar, aktor yang dikenal karena perannya sebagai teroris Aman Abdurrahman dalam film Sayap-Sayap Patah, baru-baru ini menyuarakan keprihatinan mendalam terkait insiden mengerikan yang terjadi setelah unjuk rasa di sekitar DPR RI. Dalam insiden tersebut, sebuah kendaraan taktis dari Brimob menabrak seorang pengemudi ojek online (ojol), menimbulkan sorotan tajam terhadap tindakan aparat. Melalui akun Instagramnya, Edward mengungkapkan kritiknya dengan gaya bahasanya yang puitis, mempertanyakan nurani para pelaku kecelakaan.

Dalam postingannya, Edward mengangkat isu kemanusiaan dan mengajak semua pihak untuk merenungkan nilai setiap nyawa. Ia menulis, "Dimana nurani kalian? Apakah jiwanya sudah buta? Atau sudah hilang?" ungkapnya dengan penuh rasa kecewa. Selain itu, ia juga menyinggung tentang keadilan dengan pernyataan filosofis: “Deras tangisan rakyat! Kebenaran dan keadilan punya caranya sendiri atas hak jiwa-jiwa manusia.” Kata-katanya tersebut menggugah kesadaran akan fragilitas hidup dan pentingnya menghargai kehidupan semua orang.

Peristiwa yang dikritik Edward mencuat setelah video yang memperlihatkan kecelakaan tersebut viral di media sosial. Video itu menunjukkan situasi kacau pasca-demonstrasi, dan insiden tersebut memicu perdebatan publik mengenai respons dan proporsionalitas aparat dalam menangani kerusuhan. Banyak yang menilai bahwa tindakan aparat perlu perbaikan untuk mencegah tragedi serupa terjadi di masa depan.

Edward Akbar, yang juga dikenal karena keberaniannya dalam menyampaikan pandangan mengenai isu sosial, tidak takut untuk berbicara lantang tentang masalah yang terjadi di masyarakat. Mengingat latar belakangnya yang pernah memerankan peran terkait terorisme dalam film, ia memiliki perspektif unik mengenai ketegangan sosial dan dampak tindakan aparat terhadap masyarakat.

Sayap-Sayap Patah dan Pesan Kemanusiaan

Film Sayap-Sayap Patah yang dibintangi Edward Akbar dan dirilis pada 18 Agustus 2022, diangkat dari kejadian nyata di Lapas Mako Brimob pada Mei 2018. Insiden tersebut melibatkan narapidana terorisme yang mengambil tindakan ekstrem, menewaskan lima anggota Densus 88. Film ini tidak hanya menghadirkan drama, tetapi juga membahas isu-isu yang relevan dengan situasi sosial di Indonesia.

Sutradara Rudi Soedjarwo dan tim produksi berhasil menciptakan narasi yang memicu diskusi tentang apa yang terjadi di balik tembok penjara dan bagaimana aparat menangani situasi krisis. Edward, dalam perannya, memberikan gambaran kompleks tentang bagaimana tindakan individu dapat mempengaruhi banyak nyawa, menciptakan jembatan menuju dialog tentang pentingnya aksi humanis dalam setiap situasi, baik di layar maupun di kehidupan nyata.

Edward Akbar bukanlah satu-satunya yang menyuarakan opini tentang insiden yang mengerikan ini. Masyarakat luas juga merasakan dampak dari peristiwa tersebut, menggugah rasa kepedulian dan meminta pertanggungjawaban dari pihak berwenang. Ini menunjukkan bahwa insiden-insiden seperti ini tidak hanya menjadi pembicaraan di media, tetapi juga menyentuh jari-jari halus kemanusiaan yang ada dalam setiap individu.

Sebagai aktor yang tidak hanya berperan di dunia film, namun juga memiliki dampak di dunia nyata, Edward mengajak semua pihak untuk lebih peka terhadap kondisi sosial yang terjadi. Kesadaran akan hadirnya ketidakadilan dan penegakan hukum yang berimbang adalah kunci menuju masyarakat yang lebih baik.

Perdebatan tentang penggunaan kekuatan oleh aparat dan dampaknya terhadap masyarakat sipil akan terus berlangsung, terutama setelah insiden tragis seperti ini. Masyarakat berharap bahwa setiap tindakan akan diiringi dengan keadilan, bukan hanya bagi mereka yang tewas, tetapi juga bagi mereka yang selamat dan harus melanjutkan hidup dalam masyarakat yang sering kali bergejolak.

Berita Terkait

Back to top button