Eko Patrio dari Partai Apa? Resmi Dinonaktifkan dari DPR RI Hari Ini

Rumah Eko Patrio, anggota DPR RI yang dikenal sebagai Eko Hendro Purnomo, menjadi sasaran amukan massa pada tanggal 30 Agustus 2025. Insiden itu terjadi tak lama setelah Eko mengeluarkan pernyataan permintaan maaf yang menuai kontroversi. Kejadian tersebut mengguncang publik dan memunculkan pertanyaan mengenai partai tempatnya bernaung, yakni Partai Amanat Nasional (PAN), di mana ia menjabat sebagai Sekretaris Jenderal.

Eko Patrio menyampaikan permintaan maaf melalui akun Instagramnya kepada publik dengan mengekspresikan penyesalannya dan komitmen untuk mendengarkan kekecewaan masyarakat. “Saya tidak pernah berniat memperkeruh suasana. Saya akan bekerja lebih serius sebagai wakil rakyat,” ujarnya, terlihat emosional dalam video tersebut.

Namun, permintaan maafnya tampaknya dianggap terlambat oleh banyak warga. Hal ini membuat kemarahan masyarakat meluap, yang akhirnya berujung pada penjarahan rumahnya. Video yang beredar di media sosial menunjukkan massa menerobos masuk dan mengacak-acak rumah Eko, mengambil barang-barang berharga. Dari perabotan rumah tangga hingga sepatu dan hewan peliharaan pun tidak luput dari sasaran.

Situasi semakin memanas setelah insiden tersebut, dan pada 31 Agustus 2025, Eko Patrio resmi dinonaktifkan dari DPR RI bersama dengan Uya Kuya. Keputusan ini diambil oleh DPP PAN sebagai upaya untuk meredakan ketegangan yang ada dan menjaga situasi tetap kondusif. Eko serta rekan-rekannya dinilai telah berkontribusi pada suasana politik yang kritis saat itu.

Eko Patrio merupakan tokoh publik yang tidak asing lagi. Ia telah dikenal luas sebagai komedian dalam grup lawak legendaris Patrio dan memiliki karir yang sukses di dunia hiburan sebelum terjun ke dunia politik. Karir politiknya dimulai pada Pemilu 2009 saat ia terpilih sebagai calon legislatif dari PAN untuk daerah pemilihan Jawa Timur VIII. Sejak saat itu, Eko mampu mempertahankan posisinya di DPR dalam beberapa periode, termasuk pada Pemilu 2024 lalu, saat ia berhasil meraih sekitar 64 ribu suara.

Keputusan PAN untuk menonaktifkan Eko Patrio memberi isyarat bahwa partai tersebut ingin menjaga citra dan stabilitas di tengah gejolak politik yang sedang berlangsung. Sepertinya, kesalahan komunikasi dan cara Eko menangani situasi ini menjadi perhatian serius bagi partai dan masyarakat. Masyarakat kini berusaha memahami lebih dalam mengenai sikap dan langkah Eko Patrio ke depan, baik sebagai politikus maupun sebagai publik figur yang memiliki pengaruh luas.

Sementara itu, insiden ini mengingatkan kembali betapa krusialnya komunikasi antara wakil rakyat dan masyarakat. Dalam era di mana berita cepat menyebar, tanggapan yang cepat dan tepat menjadi sangat penting. Masyarakat semakin menuntut transparansi dan akuntabilitas dari para pemimpin mereka. Situasi ini juga menggambarkan dinamika sosial yang ada, di mana emosi publik dapat memicu reaksi yang tidak terduga.

Eko Patrio kini harus menghadapi tantangan berat untuk memulihkan reputasinya. Dengan perjalanan politik yang sudah cukup panjang, dia dihadapkan pada realitas bahwa kesalahan sekecil apapun dapat berakibat fatal. Sebagai salah satu figur penting di demokrasi Indonesia, cara Eko merespons situasi ini akan menjadi perhatian publik ke depan, dan menjadi pelajaran bagi banyak pihak tentang bagaimana menjalankan peran sebagai wakil rakyat yang baik.

Berita Terkait

Back to top button