Sutradara ternama Hanung Bramantyo baru-baru ini meluapkan keprihatinannya terhadap situasi keamanan di Jakarta yang dinilai semakin mencekam. Melalui sebuah unggahan di akun Instagram-nya, ia menggambarkan potensi terulangnya kerusuhan serupa dengan yang terjadi pada tahun 1998. Dalam konteks ini, Hanung mengajak mahasiswa dan pengemudi ojek online (ojol) untuk segera pulang ke rumah, demi menghindari situasi yang dapat mengarah pada kekacauan.
Dalam unggahan tersebut, Hanung membagikan skema kronologis peristiwa kerusuhan 1998. Ia merinci alur kejadian yang dimulai dari jatuhnya korban sipil hingga terjadinya pergantian kekuasaan di pemerintahan. “Skema kerusuhan 98: Korban sipil tewas oleh aparat, massa marah lalu demo massal, provokator bergerak merusak, diikuti pemerkosaan etnis Tionghoa, pemerintah mengumumkan keadaan darurat, tuntutan Presiden terpilih mundur, Wakil Presiden naik jadi Presiden,” tulisnya. Ulasan tersebut menunjukkan bagaimana ketegangan yang berlarut-larut bisa membawa dampak tragis bagi masyarakat dan negara.
Hanung berharap agar masyarakat tidak melupakan pelajaran berharga dari peristiwa kelam itu. Dengan nada tegas, dia meminta agar mahasiswa dan sopir ojol tidak terlibat dalam aksi demonstrasi yang bisa berubah menjadi ancaman bagi keselamatan. “Adik-adik mahasiswa, para driver ojol, tolong pulang kalian,” tuturnya, menegaskan pentingnya kewaspadaan.
Dia mencurigai adanya provokator yang menyusup ke dalam kerumunan, berpura-pura menjadi mahasiswa atau sopir ojol, untuk menciptakan kekacauan. “Sekarang yang bergerak provokator, mengenakan identitas kalian,” tambahnya. Penggalan itu mencerminkan kekhawatiran Hanung terhadap potensi manipulasi yang bisa memperburuk keadaan.
Menggali lebih dalam, Hanung juga berusaha menekankan pentingnya kesadaran kolektif. Dia mengingatkan masyarakat untuk tidak terprovokasi dan menghindari tindakan merusak yang bisa memperburuk situasi. “Jangan terprovokasi apapun untuk merusak, please!” pintanya dengan penuh harapan agar semua pihak tetap bisa menjaga keharmonisan.
Sikap Hanung bukanlah satu-satunya suara yang mengangkat isu ini. Kreator konten lainnya, Ferry Irwandi, juga menyuarakan keprihatinan yang sama. Ferry menyatakan bahwa rentetan kerusuhan dapat bertujuan untuk menciptakan keadaan darurat militer yang menguntungkan bagi pihak tertentu. Keduanya memastikan bahwa ada makna penting di balik kebangkitan kembali sejarah gelap ini, yang seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi generasi saat ini.
Masyarakat pun dapat melihat betapa seriusnya kondisi yang sedang berlangsung. Komentar Hanung dan Ferry mencerminkan tantangan besar yang harus dihadapi, tidak hanya oleh pemerintah tetapi juga oleh masyarakat civil. Penekanan Hanung pada pentingnya untuk tidak terjebak dalam permainan provokasi menjadikan pesannya sangat relevan saat ini.
Konflik yang terjadi bukan hanya masalah antara penguasa dan rakyat, tetapi juga melibatkan dinamika sosial yang lebih luas. Dalam dunia yang semakin terhubung, keberadaan media sosial berperan penting dalam menyebarluaskan informasi, yang terkadang dapat memperburuk keadaan jika tidak dikelola dengan baik.
Dengan situasi yang terus berkembang, penting bagi semua pihak untuk tetap tenang dan penuh pemikiran. Semoga pesan dari Hanung Bramantyo dapat menginspirasi banyak orang untuk lebih bijak dalam menyikapi setiap peristiwa yang terjadi, serta tidak terjebak dalam provokasi yang bisa membawa kerugian bagi bangsa.
Dengan demikian, harapan agar aksi yang diwarnai kekacauan tidak terulang lagi tetap menjadi pendorong bagi setiap individu untuk bersatu dalam menciptakan lingkungan yang aman dan damai.





