Chika Jessica, seorang aktris dan penyanyi, baru-baru ini mengungkapkan kondisi keponakannya yang mengalami trauma dan luka memar setelah menjadi korban pemukulan oleh oknum polisi saat bentrokan antara aparat dan demonstran di Bandung, Jawa Barat. Peristiwa ini terjadi saat keponakannya tersebut tidak terlibat dalam aksi unjuk rasa, melainkan sedang dalam perjalanan pulang kerja dan membeli jajanan di sekitar lokasi demo.
Dalam pernyataan yang diunggah melalui akun Instagramnya @chikajessica88, Chika menjelaskan bahwa keponakannya diseret dan dipukul di bagian kepala oleh polisi, meskipun saat itu dirinya tidak melakukan tindakan yang mencurigakan. “Posisi keponakan saya baru pulang kerja dan sedang jajan di gerobak tahu bulat. Tapi tiba-tiba diseret dan dipukul kepalanya oleh oknum polisi,” tulisnya.
Situasi semakin memprihatinkan ketika teman-teman keponakannya berusaha meminta agar polisi menghentikan tindakan kekerasan tersebut. Mereka berteriak, “Kami karyawan baru pulang kerja, Pak!” Namun, upaya mereka malah berujung pada tindakan represif lainnya, ketika salah satu teman keponakan Chika juga mengalami kekerasan dari aparat.
Chika Jessica mengecam tindakan brutal tersebut dan mendesak pihak kepolisian untuk lebih berhati-hati dalam membedakan antara demonstran yang damai dan provokator. Ia menekankan pentingnya tindakan yang lebih cermat dalam menghadapi massa. “Dalam kondisi tak kondusif, pasti banyak oknum yang mengatasnamakan pendemo padahal perusuh. Tapi tolong pak polisi jangan salah sasaran dong. Nyawa tidak bisa diganti. Kami tak pantas mendapat perlakuan kasar seperti ini,” tambahnya.
Akibat insiden tersebut, keponakannya mengalami beberapa luka fisik, seperti lebam di kepala dan nyeri di berbagai bagian tubuh. Keluarga memutuskan untuk tidak mengizinkan keponakannya bekerja pada hari berikutnya karena trauma dan kondisi fisiknya yang tidak memungkinkan. “Hari ini kami pihak keluarga tidak mengizinkan dia untuk bekerja. Karena badannya pun sakit karena diseret dan kepalanya mengalami memar,” jelas Chika.
Sementara itu, Chika Jessica juga memanjatkan doa agar kondisi di Indonesia segera pulih. Ia mengungkapkan keprihatinan mendalam atas situasi yang memicu banyak korban. “Tuhan, segera pulihkan kembali Indonesia. Harus sampai ada korban saudara sendiri ya baru bisa merasakan keresahan kami?” ungkapnya, menunjukkan betapa merasa sakitnya melihat keadaan yang terjadi.
Kejadian ini menambah daftar insiden kekerasan yang sering terjadi saat demonstrasi di Indonesia, di mana pengawasan yang lebih ketat terhadap tindakan aparat keamanan dianggap sangat penting untuk menghindari jatuhnya korban di pihak yang tidak bersalah. Sebuah survei juga menunjukkan bahwa banyak masyarakat merasa ketakutan saat harus berhadapan dengan aparat dalam aksi-aksi demonstrasi yang seharusnya berlangsung damai.
Penting untuk dicatat bahwa kekerasan terhadap individu yang tidak terlibat dalam aksi dapat menambah ketegangan di masyarakat. Kasus keponakan Chika Jessica ini mencerminkan perlunya reformasi dalam pendekatan aparat dalam menangani demonstrasi, terutama dalam mengedepankan dialog dan penyelesaian secara damai.
Kesadaran akan hak asasi manusia dan perlindungan terhadap masyarakat sipil harus menjadi prioritas. Melihat dari kasus ini, banyak yang berharap agar pemerintah dan aparat keamanan lebih membangun kepercayaan dengan masyarakat, bukan justru menciptakan jarak dan ketidakpastian. Diharapkan kejadian serupa tidak terulang lagi di masa yang akan datang, dan bahwa masyarakat dapat menyuarakan pendapat mereka tanpa rasa takut akan tindakan represif.





