Fenomena gerhana bulan total, yang dikenal dengan sebutan ‘Blood Moon’, selalu menarik perhatian masyarakat. Di tengah keindahan alam ini, muncul berbagai mitos dan tradisi, terutama di kalangan ibu hamil. Salah satu yang paling banyak dibicarakan adalah anjuran bagi ibu hamil untuk mandi saat gerhana berlangsung. Apa sebenarnya alasan di balik tradisi ini, dan bagaimana pandangan sains serta ajaran agama mengenai praktik tersebut?
Di banyak daerah, khususnya dalam budaya Jawa, terdapat kepercayaan yang beredar bahwa ibu hamil disarankan untuk melakukan ritual tertentu saat gerhana. Ritual ini biasanya berupa mandi sebagai simbol penolak bala dan untuk memastikan keselamatan janin. Para pendukung tradisi ini meyakini bahwa mandi saat gerhana dapat menyucikan ibu dan janin dari energi negatif yang mungkin muncul pada saat fenomena alam tersebut.
Sekilas, anjuran ini tampak berakar pada kekhawatiran yang tak terlepas dari serangkaian mitos seputar kehamilan. Di tengah momen gerhana, ada banyak pantangan yang diyakini bisa berisiko bagi ibu hamil. Beberapa di antaranya termasuk larangan untuk keluar rumah, bersembunyi di bawah tempat tidur, atau bahkan tidak boleh menggunakan benda tajam. Mitos-mitos ini sering kali membuat ibu hamil merasa cemas dan panik.
Namun, bila ditelaah dari sudut pandang ilmiah, banyak mitos tersebut tidak memiliki dasar yang kuat. Para ahli astronomi dan medis sepakat bahwa gerhana bulan adalah fenomena alam yang biasa dan tidak membahayakan. Menurut para pakar, peristiwa ini terjadi murni karena pergerakan benda langit, di mana posisi Bumi terletak di antara Matahari dan Bulan. Hal ini tidak menimbulkan perubahan signifikan dalam gravitasi atau radiasi yang bisa membahayakan ibu hamil atau janin.
Beberapa penelitian medis juga menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara gerhana bulan dengan risiko kelainan janin atau komplikasi kehamilan. Satu-satunya dampak yang mungkin terjadi adalah aspek psikologis; kecemasan berlebih mengenai mitos-mitos ini dapat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil untuk fokus pada informasi yang tepat dan menyingkirkan rasa cemas yang tidak perlu.
Dari perspektif Islam, praktik mandi saat gerhana bulan yang dikhususkan bagi ibu hamil tidak memiliki dasar syariat yang spesifik. Tidak terdapat dalil dalam Al-Qur’an atau hadis yang mengatur praktik mandi ini bagi ibu hamil. Meski begitu, sebagian ulama menyatakan bahwa mandi saat gerhana – baik matahari maupun bulan – adalah sunnah bagi seluruh umat Muslim. Mandi ini sebaiknya dilakukan sebagai bentuk persiapan untuk melaksanakan salat gerhana (salat khusuf). Niat yang diucapkan bersifat umum, bukan hanya diperuntukkan bagi ibu hamil.
Umat Muslim diajak untuk lebih banyak beribadah ketika terjadi gerhana, sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW. Beliau menginstruksikan umatnya untuk menjalankan salat sunah khusuf, memperbanyak zikir, berdoa, dan bersedekah. Ini menunjukkan bahwa gerhana bulan bisa menjadi momen untuk mendekatkan diri pada Allah, bukan untuk merasa takut atau khawatir.
Kesimpulannya, tradisi mandi bagi ibu hamil saat gerhana bulan lebih merupakan warisan budaya yang berakar dari mitos. Tidak ada bahaya fisik berdasarkan kajian ilmiah, dan dari sudut pandang Islam, tidak ada anjuran khusus untuk ibu hamil. Keputusan untuk melaksanakan ritual ini kembali pada keyakinan masing-masing individu. Yang terpenting adalah ibu hamil dapat tenang, mencari informasi yang benar, dan berfokus pada ibadah yang memiliki tuntunan jelas. Momen gerhana bulan seharusnya menjadi kesempatan untuk merenung dan mendekatkan diri pada Sang Pencipta, bukan diliputi rasa cemas yang tidak berdasar.
