Ramai di media sosial beredar informasi mengenai udang beku asal Indonesia yang terkontaminasi zat radioaktif, Caesium-137. Kontaminasi ini menjadi perhatian karena berpotensi membahayakan kesehatan jika dikonsumsi manusia. Menurut dr. Dicky Budiman, ahli kesehatan lingkungan, faktanya zat radioaktif ini memiliki sifat mudah terlarut dan dapat diserap oleh organisme laut, seperti udang. Hal ini menjelaskan bagaimana udang dapat mengandung zat berbahaya tersebut.
Pertanyaan yang muncul adalah seberapa berbahayanya kandungan Caesium-137 dalam udang jika dikonsumsi. Dr. Dicky menjelaskan bahwa risiko kesehatan sangat dipengaruhi oleh kadar zat tersebut per kilogram, jumlah yang dikonsumsi, dan frekuensi paparan. “Artinya, perlu dilihat berapa kadar background-nya, seberapa banyak yang dimakan, dan seberapa sering. Semakin besar nilainya, maka risikonya semakin tinggi,” ujar dr. Dicky.
Risiko kesehatan dari mengonsumsi udang terkontaminasi adalah kanker. Meski demikian, dr. Dicky menggarisbawahi bahwa risiko tersebut cenderung rendah. “Risiko ini sedikit lebih tinggi bila mengonsumsi dalam jumlah banyak dan sering,” tambahnya. Oleh karena itu, disarankan untuk tidak mengonsumsi udang atau makanan lainnya secara berlebihan, karena dampak akumulatif bisa berbahaya bagi kesehatan.
Zat radioaktif ini dapat mengendap dalam tubuh orang dewasa selama sekitar 110 hari. Setelah waktu tersebut, zat tersebut akan dikeluarkan melalui urin. Sejalan dengan itu, perusahaan ritel multinasional Walmart telah menarik beberapa produk udang beku dari rak mereka di Amerika Serikat setelah terdeteksi adanya zat radioaktif dalam pengiriman makanan laut. Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) juga mengeluarkan pernyataan yang memperingatkan konsumen untuk tidak mengonsumsi udang beku berlabel ‘Great Value Walmart’, yang berasal dari pemasok Indonesia.
FDA mengkonfirmasi bahwa mereka menemukan satu pengiriman kontainer udang beku yang positif mengandung Caesium-137. Meskipun demikian, badan tersebut mencatat bahwa jumlah senyawa yang terkandung dalam pengiriman yang diuji tidak cukup menimbulkan bahaya akut bagi konsumen. Namun, paparan dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko kanker dengan merusak sel-sel hidup dalam tubuh.
Disanksikan, produsen dan pemasok udang asal Indonesia kini menghadapi tantangan besar, terutama dalam hal reputasi. Setelah penarikan produk oleh Walmart dan peringatan dari FDA, banyak konsumen mulai ragu untuk membeli udang beku dari Indonesia. Ini dapat berdampak negatif pada sektor ekspor udang di Indonesia. Menurut informasi terkini, banyak negara, termasuk Jepang dan Korea Selatan, mungkin akan lebih berhati-hati dalam menerima produk udang asal Indonesia.
Untuk lebih memahami bahaya yang dapat ditimbulkan oleh zat radioaktif ini, penting untuk terus melakukan pengawasan dan penelitian atas kualitas makanan laut yang diproduksi dan diekspor. Konsumen diharapkan lebih memahami informasi mengenai bahan yang dikonsumsi, serta pentingnya memeriksa asal dan kualitas produk sebelum mengonsumsinya.
Dalam konteks kesehatan masyarakat, pemahaman yang baik tentang risiko dan manfaat konsumsi makanan laut menjadi krusial. Pemerintah dan badan terkait perlu meningkatkan transparansi dalam informasi keamanan pangan untuk menjaga kepercayaan publik. Di saat yang sama, masyarakat juga harus tetap bersikap kritis, cerdas dalam memilih makanan, dan memahami risiko yang ada, terutama mengenai makanan yang berhubungan dengan zat berbahaya seperti Caesium-137.
Dengan ketelitian dan kesadaran akan kesehatan, diharapkan kontaminasi seperti ini tidak berulang dan sektor perikanan Indonesia tetap dapat bersaing di pasar global tanpa mengorbankan kesehatan masyarakat.





