Ratusan Sineas Dunia Boikot Institusi Film Israel, Apa Sebabnya?

Ratusan sineas dari berbagai penjuru dunia, termasuk aktor, sutradara, dan profesional film lainnya, telah menandatangani sebuah ikrar untuk tidak bekerja sama dengan institusi film Israel. Ikrar ini muncul sebagai respons terhadap apa yang dianggap sebagai genosida dan apartheid terhadap rakyat Palestina. Inisiatif ini mencerminkan panggilan moral para pembuat film untuk tidak berdiam diri ketika darah Palestina terus ditumpahkan.

Lebih dari 1.200 individu terkemuka telah memberikan dukungan mereka hingga 7 September 2025. Beberapa nama besar yang terlibat mencakup sutradara seperti Ava DuVernay dan Joshua Oppenheimer, serta aktor ternama seperti Olivia Colman dan Mark Ruffalo. Aksi kolektif ini terinspirasi oleh perjuangan yang serupa di Afrika Selatan yang berhasil menghentikan apartheid. Melalui ikrar ini, para seniman berkomitmen untuk tidak menayangkan film, tampil, atau berkolaborasi dengan festival, bioskop, serta perusahaan produksi yang terlibat dengan institusi yang mereka anggap bertanggung jawab atas praktik pemusnahan.

Dalam pernyataannya, yang dikutip dari The Guardian, para penandatangan menegaskan, “Di tengah krisis mendesak ini, di mana banyak pemerintahan kami mendukung pembantaian di Gaza, kami harus melakukan segala yang kami bisa untuk mengatasi keterlibatan dalam kengerian yang tak berkesudahan itu.” Pernyataan ini mencerminkan rasa urgensi mereka terhadap keadaan yang semakin buruk di kawasan tersebut.

Salah satu penandatangan, penulis skenario David Farr, mengekspresikan kemarahan dan rasa tertekan mengenai tindakan Israel. Sebagai keturunan dari korban Holocaust, Farr merasa bahwa tindakan yang diambil oleh Israel sangat bertentangan dengan sejarahnya. “Selama puluhan tahun, mereka telah menerapkan sistem apartheid terhadap rakyat Palestina. Ini adalah langkah moral yang harus didukung oleh semua seniman,” katanya.

Ikrar ini tidak hanya berfokus pada penolakan, tetapi juga memberikan panduan untuk membedakan institusi mana yang terlibat dan yang tidak dalam praktik yang dimaksud. Festival film utama Israel seperti Festival Film Yerusalem dan TLVFest dianggap sebagai entitas yang bekerja sama dengan pemerintah, sementara beberapa lainnya mungkin tidak terlibat langsung dalam kebijakan tersebut.

Tanggapan dari Asosiasi Produser Israel menunjukkan bahwa tindakan boikot ini memperoleh kontroversi. Mereka berpendapat bahwa seniman Israel telah berupaya menjembatani narasi konflik dan terus mempromosikan kolaborasi. Dalam pernyataan resmi, mereka menyebut tindakan boikot ini keliru dan disebut dapat merusak dialog serta kerja sama yang telah dilakukan.

Boikot ini juga mencerminkan tren yang lebih luas di industri hiburan. Sebelumnya, ratusan aktor hollywoodian juga telah menandatangani surat terbuka menentang keheningan industri film terkait konflik di Gaza. Rekomendasi dari Norwegian Actors’ Equity Association untuk anggotanya menolak kerja sama dengan institusi budaya Israel tertentu menambah tekanan terhadap industri film.

Film yang baru dirilis, “The Voice of Hind Rajab”, yang mengisahkan pengalaman tragis seorang gadis kecil di Gaza, berhasil mendapatkan standing ovation selama 23 menit di Festival Film Venesia. Film ini juga diproduseri oleh beberapa nama besar dalam industri film, menegaskan dukungan kuat Hollywood bagi narasi Palestina.

Dengan serangkaian langkah ini, ratusan sineas dunia berharap untuk menyuarakan kepedulian mereka terhadap keadaan di Palestina perlu ditindaklanjuti dengan aksi nyata dan solidaritas untuk mencapai keadilan yang diinginkan. Dunia film kini menjadi arena bagi perdebatan yang mendalam, menempatkan moralitas dan keadilan sosial di garda depan.

Exit mobile version