Gugatan cerai yang diajukan oleh Tasya Farasya terhadap suaminya, Ahmad Assegaf, menciptakan gelombang perbincangan di media sosial. Sejak Tasya mengajukan gugatan pada tanggal 12 September 2025 di Pengadilan Agama Jakarta Selatan, banyak netizen yang berspekulasi mengenai alasan di balik perceraian ini. Meskipun berbagai dugaan, seperti perselingkuhan dan isu finansial, beredar, pihak Tasya hingga kini belum memberikan penjelasan resmi mengenai penyebab perceraian tersebut.
Dalam konteks ini, unggahan ibunda Tasya, yang akrab disapa Ala, di Instagram menjadi perhatian publik. Ala mencuit tentang karma dengan menyatakan, “Karma berkata sebelum kamu menilai kemarahan seseorang, tanya mereka tentang rasa sakitnya.” Unggahan ini, yang diunggah kembali oleh akun gosip, memicu reaksi beragam dari netizen. Banyak yang menganggap Ala sebagai sosok ibu yang selalu melindungi dan mendukung anak-anaknya dalam situasi sulit.
Reaksi netizen terhadap pernyataan Ala pun mengalir deras. Sejumlah komentar positif keluar, mengapresiasi perannya sebagai “garda terdepan” untuk anak-anaknya. Salah satu pengguna media sosial menulis, “Ibu adalah garda terdepan anak-anak perempuannya. Ibu sebagai pelindung pertama, teladan utama, sekaligus sumber kekuatan bagi putrinya.” Ucapan tersebut mencerminkan pandangan banyak orang tentang pentingnya peran seorang ibu dalam memberikan dukungan emosional bagi anak.
Menariknya, beberapa netizen juga menyentil dinamika keluarga melalui komentar yang lebih santai, seperti “Love language keluarga ini adalah sindir-sindiran.” Hal ini menunjukkan bagaimana masyarakat menanggapi situasi yang penuh tekanan dengan humor, meski di baliknya terdapat rasa empati yang mendalam.
Pihak Pengadilan Agama Jakarta Selatan, melalui Humasnya Dede Rika Nurhasanah, mengkonfirmasi bahwa ada perkara gugatan cerai dengan inisial LFT yang merujuk pada nama asli Tasya. Namun, pihak pengadilan menolak untuk mengomentari isi gugatan tersebut, mengatakan bahwa mereka hanya dapat menginformasikan soal prosedur dan tahapan perceraian.
Dede menjelaskan bahwa Tasya telah mengajukan gugatan cerai melalui sistem e-court, dan sidang perdana akan dilaksanakan pada tanggal 24 September 2025. Hal ini mengindikasikan bahwa proses hukum akan segera berjalan, dan masyarakat pun tampaknya menunggu dengan penuh harap untuk mengetahui bagaimana kelanjutan dari kasus yang cukup menghebohkan ini.
Dalam konteks yang lebih luas, perbicangan tentang Tasya Farasya ini mencerminkan keresahan publik terhadap dinamika hubungan dalam kehidupan selebriti, sekaligus menyentuh isu yang lebih mendalam tentang dukungan keluarga dan dampak emosional dari perceraian. Masyarakat serentak memahami bahwa di balik glamornya kehidupan publik figur, terdapat cerita-cerita pribadi yang sering kali kompleks dan penuh dengan rasa sakit serta perjuangan.
Menarik untuk dicatat bahwa momen-momen seperti ini sering kali membuka ruang diskusi tentang arti dan makna keluarga. Terlepas dari situasi sulit yang dihadapi, dukungan dari orang-orang terdekat, seperti ibunda Tasya, sangatlah berharga dalam membantu melalui masa-masa sulit. Masyarakat luas pun berharap agar Tasya dan keluarganya dapat menemukan jalan terbaik dalam menyikapi perceraian ini, sembari tetap memberikan inspirasi bagi banyak orang yang mungkin menghadapi situasi serupa.
Dengan berbagai spekulasi yang beredar, publik akan terus memantau perkembangan kasus ini sembari menunggu fakta-fakta lebih lanjut yang bakal terungkap di persidangan mendatang.





