Pemilik restoran Bibi Kelinci Kopitiam, Nabilah O’Brien, telah melaporkan gitaris Zendhy Kusuma dan istrinya, psikolog Evi Santi, ke pihak kepolisian setelah diduga melakukan pencurian makanan di restoran miliknya. Laporan ini muncul setelah upaya mediasi antara kedua pihak gagal, meskipun sebelumnya Nabilah telah memberikan somasi kepada mereka.
Insiden tersebut terjadi pada Jumat, 19 September, dan langsung menjadi viral berkat unggahan Nabilah di akun Instagram pribadinya (@nabobrien). Dalam video yang dibagikan, terlihat pasangan tersebut memasuki dapur restoran dan berinteraksi secara agresif dengan staf, termasuk memaki dan mengusir salah satu staf yang sedang hamil.
Kuasa hukum Nabilah, Eishen Simatupang, menjelaskan bahwa tindakan hukum ini diambil karena pihak terlapor tidak menunjukkan itikad baik. “Kami sudah memberikan batas waktu, namun tidak ada permintaan maaf dari mereka,” ujarnya. Pengacara ini menegaskan bahwa laporan tersebut meliputi dugaan pencurian dan penganiayaan, dengan pencurian menjadi fokus utama dalam analisis hukum yang dilakukan.
Rekaman CCTV menunjukkan momen ketika Evi Santi meledak emosi, memaki staf restoran, sementara Zendhy Kusuma melakukan tindakan serupa dengan memukul lemari pendingin. Ketika staf mencoba menagih pembayaran sebesar Rp530 ribu, mereka justru mengancam akan melempar makanan kepada staf.
Upaya untuk menagih pembayaran tidak berhenti di situ. Pasangan tersebut dikabarkan memesan makanan melalui ojek online namun tidak mengangkat telepon ketika driver sampai di lokasi, menambah daftar kelakuan yang dianggap merugikan restoran.
Setelah berbagai upaya untuk mediasi dan komunikasi yang diabaikan, pihak Nabilah merasa tidak memiliki pilihan lain selain melaporkan kasus ini ke Polsek Mampang, Jakarta Selatan. Proses hukum ini diharapkan dapat memberikan keadilan dan menambah efek jera bagi mereka yang merasa di atas hukum.
Situasi ini mendapatkan perhatian luas dari netizen, yang dengan cepat mengidentifikasi pelaku sebagai Zendhy Kusuma dan Evi Santi. Banyak komentar masyarakat menyoroti pentingnya akuntabilitas bagi public figure, seraya menyayangkan tindakan yang mereka lakukan.
Kasus ini tidak hanya mengangkat isu pencurian, tetapi juga memperlihatkan bagaimana interaksi antara konsumen dan pelaku usaha dapat berujung pada konflik yang lebih besar, terutama ketika etik dan rasa hormat terlupakan. Restoran Bibi Kelinci sendiri hadir sebagai tempat yang berupaya memberikan pengalaman makan yang baik bagi semua pelanggan, tetapi kini harus menghadapi konsekuensi akibat perilaku beberapa individu.
Proses hukum yang sedang berjalan akan memantau pengembangan lebih lanjut dari kasus ini. Masyarakat berharap agar tindakan tegas diambil untuk memastikan bahwa tidak ada individu, terlepas dari status sosialnya, yang kebal terhadap hukum. Penegakan hukum yang adil akan memberikan pesan bahwa setiap tindakan harus dipertanggungjawabkan, tidak hanya demi kepentingan restoran yang dirugikan, tapi juga bagi lingkungan sosial secara keseluruhan.
Kejadian ini diharapkan dapat menjadi pelajaran bagi banyak pihak untuk lebih menghargai proses transaksi jual beli dan memperkuat etika dalam berinteraksi. Terlebih bagi publik, penting untuk mengenali betapa setiap tindakan memiliki konsekuensi yang bisa melampaui ekspektasi, baik bagi individu maupun komunitas.
