Sebelum Meninggal, Ozzy Osbourne Akui Pernah Ingin Bunuh Diri

Legenda musik rock, Ozzy Osbourne, mengungkapkan bahwa dirinya pernah merencanakan bunuh diri akibat depresi setelah menjalani operasi leher yang gagal. Pengakuan ini disampaikan sebelum ia meninggal dunia akibat serangan jantung pada 22 Juli 2025, di usia 76 tahun. Ozzy, yang telah menjadi ikon dunia musik, mengaitkan keputusannya dengan rasa sakit dan ketidaknyamanan yang dideritanya selama proses pemulihan.

Dalam film dokumenter pribadinya berjudul “Ozzy: No Escape From Now,” yang ditayangkan menjelang akhir hidupnya, Ozzy berbagi tentang kondisi mental yang mengganggu dirinya. Ia menceritakan, “Saya memikirkan untuk tidak manggung lagi karena saya benar-benar depresi. Saya sebenarnya sedang mengonsumsi antidepresan sekarang. Karena saya sedang bersiap untuk bunuh diri suatu saat nanti.” Pernyataan tersebut mencerminkan perjuangan panjang yang dihadapinya, terutama setelah menjalani operasi leher dan tulang belakang akibat insiden jatuh pada 2019.

Operasi yang seharusnya menjadi jalan keluar dari masalah kesehatan Ozzy justru menjadi pemicu kondisi yang lebih buruk. Kejadian jatuh itu mengakibatkan batang logam yang dipasang di tubuhnya bergeser, dan upaya untuk melakukan perbaikan justru menyebabkan kerusakan lebih lanjut. Istrinya, Sharon Osbourne, mengonfirmasi bahwa operasi tersebut sangat berdampak pada kesehatan mental dan fisik suaminya, mengakibatkan rasa sakit dan keterbatasan yang berkepanjangan.

Ozzy kemudian terdiagnosis dengan penyakit Parkinson pada tahun 2020, menambah beban emosional dan fisiknya. Dalam wawancara, Sharon menyebutkan bahwa “Sekrup bedah dan pelat logam di tubuhnya, yang mana ini sebenarnya tidak perlu, akhirnya menyebabkan kerusakan yang lebih parah.” Hal ini menunjukkan bagaimana keputusan medis yang diambil tidak selalu berjalan sesuai harapan dan bisa berakibat fatal terhadap seseorang yang sudah berjuang dengan masalah kesehatan.

Meskipun sempat merasa putus asa, Ozzy mengaku rasa takut akhirnya menghalanginya untuk mengambil langkah ekstrem tersebut. Situasi ini menjadi gambaran kompleks dari perjuangan kesehatan mental, di mana meski seseorang berada dalam kondisi yang sangat sulit, harapan sering kali hadir dalam bentuk ketakutan akan akibat dari tindakan yang diambil.

Laporan tentang pengakuan Ozzy ini mengingatkan kepada publik tentang pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat kesehatan yang rumit. Ketersediaan dukungan psikologis yang tepat dan pemahaman akan dampak dari kondisi fisik terhadap kondisi mental sangat krusial. Ini menjadi pengingat bahwa dukungan sosial dan profesional sangat dibutuhkan dalam momen-momen berat.

Sebagai sosok yang telah menginspirasi banyak orang dalam dunia musik, kisah hidup Ozzy Osbourne meresap lebih dalam dari sekadar performa di atas panggung. Keberanian untuk berbagi perjuangan pribadinya, meskipun pahit, memberi pesan kuat tentang pentingnya membahas isu-isu kesehatan mental tanpa rasa malu.

Sebuah analisis lebih dalam terhadap situasi Ozzy menunjukkan bagaimana penyakit fisik dapat mempengaruhi kesehatan mental dan sebaliknya. Terdapat banyak orang yang mungkin mengalami kondisi serupa, namun tidak mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan. Dengan berbicara terbuka tentang depresi dan keinginan untuk bunuh diri, Ozzy telah membangkitkan kesadaran akan perlunya dukungan lebih bagi mereka yang berjuang di dalam kesunyian.

Kini, setelah kepergiannya, banyak yang berharap agar perjalanan hidupnya bisa menjadi motivasi bagi orang lain untuk mencari bantuan dan tidak merasa sendirian dalam perjuangan mereka.

Source: www.beritasatu.com

Berita Terkait

Back to top button