Ribuan siswa mengalami keracunan setelah mengkonsumsi makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG), sebuah inisiatif yang dimaksudkan untuk menyediakan makanan sehat bagi anak-anak di sekolah. Kasus ini telah menimbulkan berbagai reaksi, termasuk kritik tajam terhadap Badan Gizi Nasional (BGN) dari banyak pihak, termasuk komika dan aktivis Pandji Pragiwaksono.
Kasus keracunan ini memunculkan kekhawatiran serius di kalangan orang tua dan pihak pendidikan. Data terbaru menunjukkan bahwa ribuan siswa di beberapa daerah mengalami gejala keracunan setelah mengkonsumsi hidangan yang disediakan dalam program ini. Penanganan kasus ini mengindikasikan adanya masalah serius dalam pengawasan dan kualitas makanan yang disajikan.
Pandji Pragiwaksono mengambil kesempatan ini untuk menyuarakan kritiknya terhadap struktur dan keanggotaan BGN. Dalam konten YouTube-nya, ia menekankan bahwa banyak pejabat di lembaga tersebut tidak memiliki latar belakang yang sesuai, terutama dalam bidang gizi. Saat berbicara tentang Kepala BGN, Dadan Hindayana, yang juga seorang entomologis, Pandji mempertanyakan keahlian yang relevan dengan tugasnya dalam pengawalan program gizi.
“BGN itu disorot, karena pejabatnya didominasi pensiunan tentara,” ujar Pandji. Ia menambahkan bahwa banyak posisi kunci diisi oleh purnawirawan jenderal TNI dan Polri, yang jauh dari bidang gizi dan kesehatan. Dengan latar belakang tersebut, Pandji menggarisbawahi potensi ketidakmampuan BGN dalam mengelola program yang berhubungan dengan kebutuhan mendasar anak-anak.
Kritik Pandji juga mencakup tentang bagaimana penempatan figur yang tidak tepat dapat mengakibatkan kegagalan dalam implementasi program MBG. Ia menegaskan pentingnya melibatkan para ahli di bidang gizi dan kesehatan untuk memastikan kualitas dan keamanan makanan yang diberikan kepada siswa. Tanpa pengawasan yang memadai dari para profesional, program ini berisiko mengabaikan standar gizi yang diperlukan.
Dalam jawaban atas keracunan massal ini, Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengkonfirmasi bahwa hingga saat ini belum ada dapur yang mendapatkan sertifikat kebersihan untuk program MBG di Jakarta. Hal ini menambah keresahan atas kurangnya perhatian terhadap aspek sangat penting ini.
Namun, kritik Pandji sono hanya satu dari banyak suara yang memperingatkan akan potensi kerugian jika sumber daya dan keahlian yang diperlukan tidak tersedia di BGN. Kegagalan dalam menjaga kualitas program gizi dapat merugikan kesehatan generasi mendatang, sebuah isu yang tidak boleh dianggap ringan.
Para pengamat dan orang tua berharap agar lembaga-lembaga terkait dapat mengambil tindakan segera untuk memperbaiki situasi ini. Selain itu, ada seruan agar proses rekrutmen di BGN menjadi lebih transparan dan melibatkan para ahli di bidang gizi dan kesehatan, demi kepentingan anak-anak yang sangat bergantung pada program ini.
Kejadian ini menyoroti pentingnya standardisasi dan pengawasan yang ketat terhadap program-program yang menyentuh langsung pada kesehatan publik. Sejumlah pihak mendesak agar kasus ini tidak hanya dijadikan pembelajaran, tetapi juga diambil langkah konstruktif untuk memperbaiki kekurangan yang ada.
Dengan adanya sorotan pada struktur BGN dan relevansi kompetensi dalam menjalankan tugas, diharapkan akan muncul perubahan positif yang membawa dampak baik bagi program-program gizi ke depan. Publik menunggu tindakan nyata dari pemerintah untuk memastikan bahwa insiden serupa tidak terulang kembali, dan semua anak mendapatkan makanan bergizi yang aman dan sehat.
Source: www.suara.com
