Dua aktivis iklim ditangkap setelah melemparkan cat merah ke mural Christopher Columbus yang berusia 133 tahun di Museum Angkatan Laut Madrid, Spanyol. Aksi vandal yang dilakukan oleh anggota kelompok radikal “Futuro Vegetal” ini terekam dalam video dan menjadi viral. Mural berjudul “First Tribute to Christopher Columbus,” karya seniman Jose Garnelo yang dilukis pada tahun 1892, dan merupakan bagian dari perayaan Hari Columbus, jelas menjadi sasaran kritik oleh para aktivis yang menganggap perayaan tersebut merayakan sejarah penindasan.
Dalam aksi tersebut, dua perempuan dari kelompok ini tidak hanya melemparkan cat merah, tetapi juga membentangkan spanduk bertuliskan “12 Oktober, tidak ada yang perlu dirayakan. Keadilan eko-sosial.” Pihak museum melaporkan bahwa mereka segera ditangkap oleh petugas keamanan yang berada di lokasi setelah aksi itu berlangsung, dan kini wajah mereka masih menjadi sorotan publik. Penangkapan ini menimbulkan perdebatan mengenai batasan antara aksi protes dan pelanggaran hukum.
Penting untuk dicatat bahwa tanggal 12 Oktober diperingati sebagai Hari Columbus di banyak negara, termasuk Spanyol, yang mendanai ekspedisi Columbus pada tahun 1492. Hari ini identik dengan perayaan penemuan benua Amerika, namun banyak kalangan, terutama aktivis dan sejarawan, berpendapat bahwa perayaan tersebut harus direnungkan kembali mengingat dampaknya terhadap penduduk asli. Luna Lagos, juru bicara “Futuro Vegetal,” menegaskan bahwa hari libur tersebut “merayakan penindasan dan genosida selama berabad-abad terhadap penduduk asli Abya Yala,” sebutan untuk benua Amerika dalam istilah asli.
Aksi vandal ini bukanlah yang pertama dalam sejarah protes budaya. Sebelumnya, banyak kolektif aktivis telah menggunakan seni untuk menyampaikan pesan politik. Namun, tindakan vandal terhadap karya seni yang diakui secara budaya dan sejarah sering kali menimbulkan diskusi etis. Apakah tindakan tersebut efektif dalam menyampaikan pesan mereka, atau justru merusak kredibilitas gerakan yang mereka wakili?
Menurut Undang-Undang Perlindungan Warisan Budaya di Spanyol, tindakan pelanggaran terhadap karya seni dapat dikenakan sanksi hukum yang berat. Aktivis yang ditangkap dapat dijerat dengan kejahatan terhadap warisan budaya, dan hukum tersebut mencerminkan seriusnya penjagaan koleksi seni yang dianggap berharga. Namun, banyak pendukung protes ini percaya bahwa aksi tersebut perlu dilihat dalam konteks yang lebih luas, sebagai panggilan untuk memperbaharui pemahaman masyarakat mengenai sejarah dan dampaknya yang terus berlangsung.
Isu terkait perayaan Hari Columbus juga diperpanjang ke negara lain, termasuk Amerika Serikat, di mana beberapa komunitas telah beralih dari merayakan Columbus Day ke perayaan yang lebih inklusif, seperti Hari Penduduk Asli. Upaya tersebut mencerminkan peningkatan kesadaran akan sejarah yang kurang dinyatakan dan kebutuhan untuk menghormati pengalaman dan perjuangan penduduk asli.
Tindakan aktivis di Spanyol memperlihatkan bahwa mereka berani untuk menantang tradisi yang telah lama dianggap sebagai norma. Meskipun cara dan metode protes mereka mungkin menuai kontroversi, apa yang lebih penting adalah diskusi yang muncul sebagai dampaknya. Proses ini dapat membuka ruang bagi kedalaman diskusi tentang identitas, sejarah, dan keadilan sosial.
Melihat dari perspektif ini, protes yang dilakukan oleh “Futuro Vegetal” dapat dilihat tidak hanya sebagai tindakan individual, tetapi juga sebagai bagian dari gerakan yang lebih besar untuk mengingatkan masyarakat tentang cerita yang sering terabaikan. Dengan demikian, insiden ini memperjelas pentingnya menghargai sejarah tanpa melupakan dampak yang ditinggalkan bagi mereka yang terpinggirkan.
Source: lifestyle.bisnis.com
