Penyanyi pop Melayu asal Yogyakarta, Latoya De Larasa, semakin menunjukkan eksistensinya di industri musik dengan merilis single ketiganya berjudul “Sesal”. Lagu ini bukan hanya sebuah karya, tetapi juga menjadi langkah penting dalam memantapkan posisinya sebagai satu-satunya penyanyi pop Melayu dari daerah tersebut. Dengan keterlibatannya dalam penggarapan lagu, Latoya mengeksplorasi sisi emosional yang mendalam melalui lirik dan melodi yang menyentuh.
Lagu “Sesal” ditulis oleh Faishal Asahan dan menceritakan tentang penyesalan seseorang yang telah menyia-nyiakan cinta pasangannya. Menurut Latoya, lagu ini memiliki kekuatan pada notasi dan lirika yang dapat membuat pendengar merinding. “Aku selalu merinding jika mendengarkan lagu ini. Proses rekaman di studio sangat menyentuh bagiku,” ujarnya saat ditemui di Jakarta pada Kamis, 23 Oktober 2025.
Proses produksi lagu ini juga melibatkan tim yang solid, termasuk Sasi Kirono sebagai arranger dan Abraham Mico sebagai vocal director. Latoya meminta lagu tersebut secara langsung kepada Faishal Asahan karena merasa lirik dan melodi tersebut sangat cocok dengan karakter dan ekspresinya sebagai penyanyi. Ini menandakan kedewasaan artistiknya, di mana ia berkomitmen untuk menghadirkan karya yang benar-benar merefleksikan dirinya.
Selain aspek audio, video klip dari “Sesal” juga menjadi perhatian. Disutradarai oleh Yusuf Witjaksono, video klip ini dikemas dengan konsep romantis yang menggambarkan pesan moral di dalamnya. Alunan musik yang indah dipadukan dengan visual yang mampu menyampaikan pesan bahwa menjaga pasangan dan cinta adalah hal yang penting, karena penyesalan tidak datang tanpa sebab.
Dengan dirilisnya “Sesal”, Latoya semakin yakin akan identitas musiknya. Ia menyatakan bahwa saat ini fokusnya bukan lagi untuk menaklukkan industri musik, melainkan untuk berkarya dengan tulus. “Saya berikan yang terbaik untuk karya saya,” tegasnya. Ia bahkan menolak tawaran untuk kembali ke genre dangdut yang sebelumnya membesarkannya, meskipun dibanderol dengan iming-iming bayaran tinggi. “Kalau kolaborasi iya, ya. Tapi untuk jadi penyanyi dangdut lagi? Tidak,” tambahnya tegas.
Keputusan Latoya ini mencerminkan sikap percaya diri dan komitmennya terhadap genre yang ia pilih. Kini, Ia lebih suka berkarya yang sesuai dengan kepribadiannya dan memberikan pengalaman yang autentik bagi pendengarnya. Latoya menjelaskan bahwa prioritas utamanya adalah menghadirkan karya yang sepenuh hati, tanpa terpengaruh ambisi untuk mencapai popularitas maksimal di industri.
Latoya menegaskan bahwa tujuan berkaryanya kini adalah memberikan pengalaman mendalam melalui musik, bukan semata-mata untuk mengejar kesuksesan atau pengakuan. Hal ini jarang ditemukan di kalangan penyanyi lain, yang seringkali terjebak dalam ambisi komersial. Sikap ini dapat menjadi inspirasi bagi banyak musisi muda untuk tetap berpegang pada nilai-nilai artistik yang mereka yakini.
Kesuksesan “Sesal” dan komitmen Latoya untuk berkarya dengan tulus menunjukkan bahwa industri musik Indonesia masih memiliki ruang untuk seniman yang otentik dan berani mengambil risiko. Lagu ini berpotensi semakin mengangkat namanya, bukan hanya di Yogyakarta, tetapi juga di wilayah lainnya. Melalui single ini, Latoya De Larasa bertekad untuk terus berkarya sambil tetap melestarikan nilai-nilai yang ia junjung tinggi.
Source: www.suara.com





