
Gitaris gugus rock legendaris, Guns N’ Roses, yaitu Slash, mengungkapkan ketidaknyamanannya terhadap arena konser Las Vegas Sphere, yang baru dibuka pada tahun 2023. Menurutnya, venue tersebut tidak cocok untuk suasana rock and roll yang mereka usung. Dalam wawancara di podcast Trunk Nation bersama Eddie Trunk, Slash menyitir bahwa pengalaman bermain di venue tersebut akan lebih berfokus pada aspek visual daripada penampilan live band.
Las Vegas Sphere dikenal luas sebagai arena musik dan hiburan berbentuk bola raksasa dengan layar LED terdampak paling besar di dunia di bagian eksterior dan layar interior beresolusi 16K yang “memeluk” penonton. “Ini memang luar biasa, tetapi benar-benar tidak ramah rock and roll,” ujarnya dengan nada skeptis.
Dalam komentar lanjutannya, Slash mengakui bahwa meski desain arsitektur dan visual yang ditawarkan oleh Las Vegas Sphere sangat mengagumkan, hal tersebut justru menjadi tantangan tersendiri bagi band rock seperti Guns N’ Roses. “Kami mungkin harus merombak cara kami tampil. Dua aspek yang sangat berbeda – band live dan pertunjukan visual,” ungkapnya.
Utamanya, Slash merasa bahwa pertunjukan di venue tersebut akan berpotensi mengubah cara orang menikmati konser rock. Ia merasakan adanya tekanan untuk menciptakan konten visual yang mencolok, mampu membawa perhatian audiens, bahkan jauh melampaui penampilan band itu sendiri. “50 persen dari apa yang orang lihat akan menjadi konten visual, sesuatu yang lebih bersifat artistik daripada konser rock yang sebenarnya,” tegasnya.
Sejak dibuka, Las Vegas Sphere sudah menjadi tempat bagi banyak artis besar, seperti U2 dan Backstreet Boys. Akan tetapi, Guns N’ Roses menegaskan bahwa mereka tidak merasa venue tersebut sesuai dengan karakter rock yang mereka kekuatan. Meskipun begitu, Slash tidak menutup kemungkinan untuk mempertimbangkan tampil di venue tersebut di masa depan, asalkan ada kesepakatan yang lebih sesuai dengan visi mereka sebagai band rock.
Kritik terhadap arena konser yang mengutamakan aspek visual memang menjadi isu hangat di kalangan musisi, terutama bagi mereka yang menjunjung tinggi penampilan tradisional. Banyak artis merasa bahwa penampilan seharusnya menjadi momen yang intim dan otentik, bukan hanya sekadar tontonan visual yang berlebihan.
Slash pun menjelaskan lebih jauh tentang ketidakpuasannya dengan keharusan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan visual yang tinggi. “Saya merasa bahwa pertunjukan harus menyoroti musikalitas, bukan sekadar efek visual,” ungkapnya. Ia menekankan pentingnya pertunjukan yang dapat menghadirkan pengalaman mendengarkan yang sebenarnya bagi audiens, dengan fokus pada musik daripada proyeksi layar.
Sementara itu, Guns N’ Roses masih tetap menjadi salah satu band rock terpopuler di dunia, meski mereka memilih tidak berpartisipasi dalam tren venue modern seperti Las Vegas Sphere. Pilihan mereka untuk tidak tampil di arena tersebut bisa jadi adalah sebuah pernyataan bahwa mereka tetap setia pada akar musik rock yang penuh energi dan keautentikan.
Dengan cara ini, mereka tidak hanya menjaga identitas mereka sebagai band rock legendaris, tetapi juga sebagai banteng yang berani menghadapi perubahan tren di industri musik. Banyak penggemar menantikan menjawab dari Guns N’ Roses mengenai keputusan mereka dalam hal ini, yang tentunya akan terus menjadi perbincangan menarik di kalangan penggemar musik rock dan pengamat industri.
Jelas bahwa Guns N’ Roses memiliki pandangan yang tegas terhadap strategi pertunjukan di era modern, dan itu menunjukkan komitmen mereka terhadap esensi asli dari musik rock and roll. Meski situasi dapat berubah seiring waktu, semangat mereka untuk menciptakan pengalaman konser yang autentik tetap akan menjadi pijakan utama.
Source: www.medcom.id





