Dalam rangkaian sejarah diplomasi Indonesia di tingkat global, Presiden Prabowo Subianto akan melakukan pidato di Sidang Umum ke-80 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 23 September 2025. Ia akan menjadi Presiden Republik Indonesia kelima yang tampil di forum bergengsi tersebut, setelah Soekarno, Soeharto, Megawati Soekarnoputri, dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Momen ini menjadi sangat strategis, mengingat harapan besar masyarakat agar pidato Prabowo mampu memperkuat posisi diplomasi Indonesia di mata dunia.
Jejak Sejarah Presiden Indonesia di PBB
-
Soekarno
Presiden pertama RI ini memberikan pidato pada Sidang PBB ke-15 pada tahun 1960. Soekarno dikenal dengan pidatonya yang berapi-api, menyuarakan nilai-nilai kemerdekaan dan anti kolonialisme, serta menyerukan solidaritas antar negara berkembang. -
Soeharto
Sebagai presiden kedua, Soeharto berpidato di Sidang Umum PBB ke-47 pada tahun 1992. Pidatonya memberi penekanan pada pembangunan dan stabilitas wilayah sebagai dasar bagi perdamaian sedunia. -
Megawati Soekarnoputri
Presiden kelima, Megawati, berbicara di Sidang Umum PBB ke-58 pada tahun 2003. Dalam pidatonya, ia menggarisbawahi pentingnya kerjasama internasional dalam menyikapi isu-isu kemanusiaan dan perubahan iklim. - Susilo Bambang Yudhoyono
SBY memegang rekor sebagai presiden yang paling sering berpidato di PBB, dengan empat kesempatan pada Sidang PBB ke-62, 67, dan 69 masing-masing pada tahun 2007, 2012, dan 2014. Pidato-pidatonya terkenal karena fokus pada isu-isu seperti perubahan iklim, terorisme, dan perlunya pembangunan yang inklusif.
Harapan untuk Diplomasi Indonesia di Era Prabowo
Dengan pidato yang akan disampaikan Prabowo, harapan publik adalah agar isu-isu penting seperti perdamaian, kemanusiaan, dan kerjasama internasional dapat terangkat. Kehadirannya di PBB dipandang bukan hanya sebagai representasi pemerintah, tetapi juga sebagai suara bagi rakyat Indonesia di kancah internasional.
"Momen ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif serta membuka peluang kerjasama baru yang bermanfaat bagi negara," tegas salah satu pengamat politik. Prabowo diharapkan dapat menyampaikan pesan-pesan strategis yang memperkuat diplomasi Indonesia, serta menegaskan posisi Indonesia dalam komunitas global.
Penampilan Indonesia di arena internasional seperti PBB selalu menjadi momentum penting. Di sinilah negara dapat menunjukkan eksistensinya dan perannya dalam mengatasi tantangan global. Dengan tampil di panggung PBB, Prabowo Subianto diharapkan dapat kembali menegaskan komitmen Indonesia terhadap kerjasama multilateral demi mencapai tujuan bersama.
Semua mata kini tertuju pada klaim dan janji yang diungkapkan oleh Prabowo dalam pidatonya. Apakah ia akan mampu memenuhi harapan publik dan mengadvokasi kepentingan Indonesia di hadapan dunia? Publik menunggu dengan penuh antusiasme, menantikan penyampaian pesan-pesan yang akan menjadi panduan bagi arah kebijakan luar negeri Indonesia di masa depan.
Kegiatan di PBB ini tidak hanya sekedar formalitas, tetapi juga menjadi tempat di mana kebijakan luar negeri suatu negara diuji dan dievaluasi. Keberhasilan pidato ini, pada akhirnya, akan diukur dari dampak positif yang dapat dibawa bagi rakyat dan citra negara di mata internasional.





