
Dmitry Medvedev, Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia dan sekutu dekat Presiden Vladimir Putin, memberikan pernyataan kontroversial mengenai kemampuan perlindungan Amerika Serikat (AS) terhadap ancaman bom nuklir Rusia. Dalam tanggapannya terhadap wawancara Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, Medvedev menyatakan bahwa “tak ada bunker yang dapat melindungi” populasi AS dari potensi serangan Moskow.
Pernyataan ini muncul sebagai respons langsung setelah Zelensky mengungkapkan bahwa Kremlin tetap menjadi target yang mungkin dan menyerukan pejabat Rusia untuk mempertimbangkan akhir dari konflik. Medvedev, terkenal dengan gaya retorika yang provokatif, melontarkan kritik terhadap Zelensky dengan menyebutnya sebagai “pecandu narkoba” dan kembali mengingatkan dunia bahwa Rusia adalah kekuatan nuklir yang tidak bisa dipandang sebelah mata.
Dalam unggahannya di platform media sosial Max, Medvedev menyatakan, “Pecandu di Kyiv mengatakan bahwa Kremlin perlu tahu di mana tempat perlindungan bom itu agar mereka bisa bersembunyi ketika dia menggunakan senjata jarak jauh Amerika.” Ia menekankan bahwa senjata yang dimiliki Rusia adalah “tidak dapat ditangkal oleh tempat perlindungan bom mana pun.”
Serangkaian ancaman yang dilontarkan Medvedev ini bukan yang pertama kalinya. Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada tahun lalu, ia telah konsisten mengeluarkan pernyataan yang mengancam serangan nuklir terhadap negara-negara Barat. Dalam tahun 2024, ia tercatat sudah 12 kali memperingatkan tentang kemungkinan serangan, yang mengantarkannya pada julukan “pembawa kiamat” di media internasional.
Kontroversi ini semakin memanas setelah komentar yang dilontarkan oleh Presiden AS, Donald Trump. Dalam pertemuannya dengan Zelensky, Trump mengklaim bahwa Rusia adalah “macan kertas” dan mengekspresikan keyakinan bahwa Ukraina mampu mengembalikan wilayah yang dikuasai oleh Rusia. Penyebutan “macan kertas” tersebut, yang merujuk pada kekuatan yang tampak menakutkan namun sebenarnya lemah, mendapat reaksi cepat dari para pejabat Rusia, termasuk Medvedev.
Reaksi terhadap pernyataan ini terlihat jelas, terutama dari para pemimpin Rusia yang merasa hal tersebut mencederai citra mereka di panggung internasional. Medvedev, sebagai tokoh senior, memanfaatkan momen ini untuk mengingatkan publik global bahwa instabilitas dan ketegangan yang ada saat ini lebih dari sekedar retorika. Ia memperingatkan bahwa senjata nuklir, dalam hal ini, bisa menjadi kenyataan yang menakutkan jika konflik terus berkepanjangan.
Rusia sendiri, dalam beberapa bulan terakhir, semakin meningkatkan sikap permusuhannya terhadap AS dan sekutunya. Dengan ancaman nuklir sebagai bagian dari strategi mereka, situasi ini memang menciptakan ketegangan yang tinggi di tataran global. Media dan analis internasional pun mengamati dengan cermat, apakah pernyataan dan tindakan yang diambil oleh Rusia akan berdampak signifikan terhadap stabilitas dunia.
Penilaian tentang kemampuan AS untuk melindungi penduduknya kini menjadi perdebatan panas di kalangan pengamat. Banyak yang mempertanyakan efektivitas sistem pertahanan yang ada, serta kesiapsiagaan untuk menghadapi potensi serangan. Dalam konteks ini, penting bagi AS dan sekutu-sekutu untuk menyusun rencana yang lebih komprehensif untuk menghadapi isu-isu keamanan yang muncul dari ketegangan antara dua kekuatan besar ini.
Medvedev dan para pemimpin Rusia lainnya berkomitmen untuk memperkuat posisi mereka di kancah internasional. Tanpa adanya upaya diplomasi yang kuat, kekhawatiran tentang konfrontasi lebih lanjut semakin meningkat, meningkatkan urgensi untuk menemukan solusi damai, sekaligus menuntut perhatian serius dari seluruh komunitas internasional untuk mengantisipasi risiko yang mengancam stabilitas global.





