
Militer Israel pada Kamis (2/10/2025) melakukan penangkapan besar-besaran terhadap lebih dari 450 aktivis yang tergabung dalam armada Global Sumud Flotilla. Kapal-kapal yang berjumlah sekitar 40 berusaha menembus blokade Gaza untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan. Tindakan ini dengan cepat memicu kecaman internasional, termasuk dari pemerintah Kolombia dan tokoh-tokoh dunia.
Dilaporkan bahwa tentara Israel, bersenjata lengkap, menaiki kapal-kapal tersebut dan mengarahkan penumpang untuk menaati perintah mereka. Dalam siaran langsung yang disiarkan dari kapalnya, terlihat aktivis, termasuk Greta Thunberg, terkurung di dek kapal saat tentara mengambil alih.
Global Sumud Flotilla, yang berangkat dari Spanyol, berisi obat-obatan dan makanan untuk membantu warga Gaza, yang telah lama terjebak dalam blokade. “Lebih dari 450 sukarelawan telah ditangkap,” ungkap penyelenggara armada. Sebagian dari mereka kemudian dipindahkan ke kapal kargo sebelum dibawa ke darat di Ashdod.
Menteri Luar Negeri Italia, Antonio Tajani, memprediksi bahwa para aktivis akan diusir kembali ke Eropa dengan penerbangan charter pada Senin (5/10/2025) dan Selasa (6/10/2025). Kementerian Luar Negeri Israel juga menyatakan bahwa semua yang ditahan berada dalam kondisi aman dan sehat, kendati hal ini dapat menaikkan keresahan di kalangan keluarga dan pendukung mereka.
Protes terhadap penahanan ini meluas ke banyak kota di Eropa dan negara lain, dengan demonstrasi yang berlangsung di Karachi, Buenos Aires, dan Mexico City. Serikat pekerja di Italia bahkan mengumumkan pemogokan umum sebagai bentuk dukungan terhadap para aktivis.
Pemerintah Turki mengkritik keras tindakan Israel, dengan Presiden Tayyip Erdogan menyebutnya sebagai tindakan premanisme. Dia menegaskan bahwa upaya Global Sumud Flotilla bertujuan untuk menarik perhatian pada penderitaan rakyat Gaza yang berjuang menghadapi kelaparan dan krisis kemanusiaan.
Dalam konteks lebih lanjut, Kenya juga mengalami tindakan penangkapan terhadap aktivis mereka, termasuk cucu mantan Presiden Nelson Mandela, Nkosi Zwelivelile Mandela. Kejaksaan Agung Istanbul telah mengumumkan penyelidikan terkait penahanan 24 warga negara Turki yang terlibat.
Meskipun misi Global Sumud Flotilla dikecam oleh pejabat Israel sebagai provokasi, banyak pihak di kancah internasional, termasuk organisasi hak asasi manusia, menganggap blokade ini sebagai pelanggaran terhadap Konvensi Genosida. Hal ini menunjukkan adanya ketegangan yang mendalam antara Israel dan komunitas internasional terkait isu kemanusiaan di Gaza.
Angkatan Laut Israel sebelumnya telah mengingatkan armada tersebut untuk tidak mendekati zona yang dianggap sebagai area konflik aktif, tetapi kapal-kapal itu terus berlayar. Mereka berada sekitar 70 mil laut dari Gaza saat dicegah, dan upaya untuk berkomunikasi dengan dunia luar juga terganggu karena Israel mengacak sinyal komunikasi.
Keberhasilan penangkapan ini tidak hanya menambah ketegangan di kawasan tersebut, tetapi juga memunculkan pertanyaan mendalam mengenai hak asasi manusia dan pelanggaran yang terjadi di Gaza. Dengan banyaknya tekanan internasional, langkah-langkah selanjutnya dari Israel dan tanggapan global terhadap situasi ini menjadi sorotan utama dalam perkembangan yang akan datang.
Krisis kemanusiaan di Gaza yang telah berlangsung, terutama sejak serangan besar-besaran yang dimulai pada Oktober 2023, menjadikan situasi ini semakin kompleks dan memerlukan perhatian lebih dari masyarakat internasional.
Source: news.okezone.com





