Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, telah menyampaikan keraguan yang mendalam mengenai rencana damai yang diajukan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk situasi di Gaza. Dalam sebuah pernyataan pada 4 Oktober 2025, Anwar menekankan bahwa rencana tersebut jauh dari sempurna dan Malaysia tidak setuju dengan sebagian besar isi proposal yang diajukan. Namun, dia menegaskan bahwa prioritas utama pemerintahannya adalah menyelamatkan nyawa rakyat Palestina.
Anwar menjelaskan bahwa dukungan dari negara-negara Arab dan Islam tidak dapat diartikan sebagai persetujuan menyeluruh terhadap rencana AS. Sebaliknya, itu adalah respons kolektif untuk menghentikan pertumpahan darah yang telah berlangsung lama dan memberikan kesempatan kepada masyarakat Gaza untuk kembali ke tanah air mereka. “Kami akan terus membela hak-hak rakyat Palestina dalam berbagai forum internasional,” tambahnya.
Dari sisi lain, perhatian global terhadap situasi di Gaza semakin meningkat. Beberapa pemimpin dunia, termasuk Perdana Menteri India, Narendra Modi, memberikan pujian terhadap upaya perdamaiannya. Dalam sebuah unggahan di media sosial, Modi menyatakan harapan bahwa kemajuan signifikan akan tercapai melalui negociasi yang dilakukan oleh Trump, terutama terkait pembebasan sandera. Pemerintahan India berkomitmen untuk mendukung semua upaya menuju perdamaian yang adil dan berkelanjutan.
Di tengah penilaian positif terhadap rencana Amerika, banyak pengamat mencatat adanya keprihatinan tentang perlunya tindakan mendesak untuk menghentikan tindakan militer Israel di Gaza. Keberlanjutan pertempuran dalam konflik ini menjadi salah satu fokus utama, di mana Trump dan Hamas sepakat bahwa satu-satunya cara untuk membebaskan para tawanan adalah dengan menghentikan pertempuran.
Hal ini juga didukung oleh proposal 20 poin yang dikenalkan oleh Trump, di mana salah satu syaratnya adalah penyaluran bantuan kemanusiaan tidak akan dimulai hingga gencatan senjata tercapai. Para pemimpin dunia menekankan pentingnya mendesak pihak-pihak yang terlibat untuk merumuskan syarat-syarat bagi gencatan senjata dan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk dialog.
Anwar Ibrahim menyatakan bahwa dalam situasi yang emosional dan kompleks ini, fokus utama seharusnya adalah keselamatan rakyat. “Kita tidak bisa membiarkan fokus kita teralihkan dari nyawa manusia yang sedang terancam,” ujarnya. Dia menyimpulkan bahwa harus ada upaya lebih besar untuk memastikan bahwa kebutuhan kemanusiaan dan hak asasi manusia warga Palestina terpenuhi.
Perkembangan situasi di Gaza mencerminkan ketegangan yang sudah lama ada, dan respons negara-negara lain menjadi kunci dalam mengembangkan solusi yang dapat diterima bagi semua pihak. Dalam konteks ini, Anwar Ibrahim menolak untuk mengabaikan seruan rakyat Palestina demi dukungan internasional yang lebih luas.
Sebagai penutup, dapat dikatakan bahwa krisis yang sedang berlangsung di Gaza bukan hanya menjadi isu regional, tetapi juga mengundang perhatian global yang sangat besar. Keberhasilan diplomatik akan sangat bergantung pada sejauh mana komunitas internasional mampu bersatu dalam menghadapi tantangan ini dan menemukan jalan damai yang mengutamakan keselamatan manusia di atas segalanya. Anwar dan banyak pemimpin dunia lainnya berharap untuk melihat perubahan positif dalam waktu dekat, yang dapat membawa harapan baru bagi rakyat Palestina.
Source: international.sindonews.com
