Madagaskar saat ini tengah mengalami krisis politik dan sosial yang mendalam, ditandai oleh gelombang demonstrasi besar-besaran yang dimotori oleh generasi muda, atau Gen Z. Sejak 25 September 2025, mereka melakukan protes menuntut perbaikan kondisi listrik dan air yang semakin memburuk. Aksi ini bahkan menarik perhatian dunia dengan atribut unik, termasuk penggunaan bendera Jolly Roger dari serial anime One Piece, mencerminkan semangat kreatif mereka. Keadaan ini berkaitan erat dengan situasi ekonomi yang memburuk dan tingginya angka kemiskinan di negara ini, di mana sekitar 75 persen penduduk hidup di bawah garis kemiskinan.
Pada 29 September 2025, Presiden Andry Rajoelina mengumumkan pembubaran kabinet setelah unjuk rasa yang menewaskan sedikitnya 22 orang menurut laporan PBB. Rajoelina, yang sebelumnya pernah berkuasa melalui kudeta pada tahun 2009, mengakui kemarahan masyarakat terkait pemadaman listrik yang kronis dan masalah pasokan air. Ia berusaha untuk menciptakan ruang dialog dengan kaum muda yang frustrasi, mengakui kegagalan pemerintah dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Krisis ini bermula dari ketidakpuasan publik terhadap layanan dasar yang merosot dalam beberapa bulan terakhir. Hanya sekitar 36 persen penduduk Madagaskar yang memiliki akses listrik yang memadai, dan situasi ini diperparah oleh meningkatnya tingkat korupsi. Menurut Indeks Persepsi Korupsi, Madagaskar menduduki peringkat 140 dari 180 negara, menambah beban ekonomi dan sosial yang sudah ada.
Gelombang demonstrasi ini disebut “Protes Gen Z” dan menjadi yang terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Peserta demonstrasi mengekspresikan tuntutan mereka melalui spanduk dan simbol yang mencolok, termasuk bendera One Piece, yang menjadi ikon visual untuk menarik perhatian dan menunjukkan solidaritas. Hal ini mencerminkan bagaimana generasi muda memanfaatkan budaya pop untuk menyampaikan pesan politik mereka.
Namun, situasi di lapangan tidak sepenuhnya damai. Dalam beberapa kesempatan, demonstrasi berujung pada kerusuhan dan penjarahan, yang menimbulkan kekhawatiran terkait keamanan. PBB mengingatkan agar aparat keamanan tidak menggunakan kekuatan yang tidak proporsional dalam merespons unjuk rasa tersebut. Meskipun demikian, Kementerian Luar Negeri Madagaskar mengklaim bahwa angka korban tewas yang ditemui oleh PBB tidak akurat dan dianggap berdasarkan rumor.
Uniknya, aksi protes ini diakui terinspirasi oleh gerakan serupa di negara lain, seperti Kenya dan Nepal. Strategi mobilisasi daring yang efektif digunakan oleh massa untuk mengorganisir aksi, menekan pemerintah dalam masalah yang relevan, termasuk penghapusan rencana undang-undang pajak yang memberatkan rakyat. Aktivitas ini menunjukkan bahwa meskipun Madagaskar bukanlah negara yang jarang terdengar di pentas global, tetapi semangat protes anak muda di sana meresonansi dengan generasi muda di luar negeri.
Pembaruan kabinet yang diambil oleh Rajoelina terpaksa dilakukan untuk merespons tekanan yang luar biasa dari masyarakat. Meskipun telah kembali terpilih pada Desember 2023, pemerintahan Rajoelina kini menghadapi tantangan besar untuk mendapatkan kembali kepercayaan dari rakyat yang semakin skeptis akan abilitasnya dalam menangani masalah mendasar yang mereka hadapi. Aksi Gen Z ini menjadi cerminan dari kekuatan suara muda yang berani menuntut perubahan dalam struktur sosial dan ekonomi negara yang mereka cintai.
Dengan latar belakang dan kondisi yang ada, jelas bahwa gelombang protes ini melangkah melampaui sekadar menuntut perbaikan layanan. Ini adalah sebuah gerakan yang menjadi simbol harapan generasi muda untuk menciptakan perubahan nyata dan berkelanjutan di Madagaskar.
Source: www.suara.com
