Ketegangan antara Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mencuat setelah percakapan telepon yang dilaporkan berlangsung panas pada Jumat lalu. Dalam percakapan tersebut, Trump terlihat marah terhadap Netanyahu karena dianggap meremehkan langkah Hamas yang mengumumkan kesediaan untuk membebaskan seluruh sandera sebagai bagian dari proposal perdamaian yang diusulkan oleh Washington.
Laporan dari Axios menunjukkan bahwa Trump menghubungi Netanyahu setelah pengumuman tersebut, yang dianggapnya sebagai peluang diplomatik besar. Namun, respons Netanyahu justru dingin dan pesimistis. “Langkah tersebut tidak ada artinya dan bukan sesuatu yang perlu dirayakan,” kata Netanyahu, menanggapi perkembangan itu. Pernyataan ini dianggap mengecewakan bagi Trump yang kemudian merespons dengan kemarahan, “Saya tidak tahu kenapa kau selalu negatif. Ini kemenangan. Terima saja,” menurut sumber yang mengetahui isi percakapan itu.
Situasi ini semakin rumit karena asal usul pernyataan Netanyahu, yang disampaikan hanya beberapa saat setelah Hamas menunjukkan niatnya untuk merundingkan perdamaian. Meskipun belum ada komitmen terbuka dari Hamas untuk melucuti senjata, sumber dari Al Arabiya menyebut bahwa mereka mungkin sedang mempertimbangkan langkah tersebut.
Menanggapi ketegangan ini, pejabat Israel berusaha meredakan isu dengan menyatakan bahwa Netanyahu dan Trump sebenarnya tetap sejalan. Namun, informasi dari pihak pemerintah AS mengonfirmasi bahwa percakapan tersebut berlangsung penuh emosi dan Trump terlihat cukup kesal.
Sebagai bagian dari upaya diplomatik, Trump sebelumnya mendesak agar Israel menghentikan operasi militernya di Gaza, serta mengusulkan agar Hamas membebaskan seluruh sandera dalam waktu 72 jam setelah Israel mundur ke posisi yang disepakati. Pengumuman ini menunjukkan bahwa terdapat urgensi untuk menyelesaikan konflik dengan cara yang lebih damai di tengah meningkatnya tekanan global terhadap tindakan militer Israel.
Saat ini, Israel dilaporkan telah setuju untuk melakukan pertukaran tahanan tetapi belum memberikan respons resmi mengenai seruan untuk menghentikan serangan bersenjata di Gaza. Di sisi lain, perundingan tidak langsung antara Israel dan Hamas terkait kemungkinan gencatan senjata dijadwalkan dimulai di Mesir pada hari Senin, menambah dinamika diplomatik yang sedang berlangsung.
Sementara itu, meningkatnya jumlah korban jiwa sipil di Jalur Gaza telah memperkuat tekanan internasional terhadap Israel mengenai cara penanganan konfliknya. Kemanusiaan menjadi sorotan utama, dan dunia menantikan langkah-langkah konkret yang diambil oleh kedua pihak untuk meredam ketegangan yang berkepanjangan ini.
Trump dan Netanyahu, yang dikenal memiliki hubungan yang kuat selama masa kepresidenan Trump, kini menghadapi tantangan baru dalam bentuk ketidakcocokan pandangan yang terlihat jelas dalam percakapan mereka. Semoga perundingan yang akan diadakan di Mesir menghasilkan keputusan yang lebih memadai bagi kedua belah pihak, serta mengurangi penderitaan yang dialami oleh warga sipil di kawasan tersebut.
Ke depan, kontribusi langsung dari pihak ketiga serta komitmen untuk bernegosiasi bisa menjadi langkah penting dalam mencapai solusi jangka panjang untuk konflik ini. Masyarakat internasional mengharapkan adanya kebangkitan harapan bagi perdamaian yang berlanjut di tengah ketidakpastian saat ini.
Source: mediaindonesia.com
