Aktivis asal Swedia, Greta Thunberg, bersama ratusan anggota armada Global Sumud Flotilla (GSF), baru-baru ini tiba di Yunani setelah dideportasi oleh otoritas Israel. Armada ini sebelumnya berupaya mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza melalui jalur laut, tetapi mengalami penangkapan di lepas pantai Mesir. Thunberg dan sekitar 170 aktivis lainnya mendarat di Bandara Internasional Athena menggunakan penerbangan repatriasi khusus pada Senin, 6 Oktober.
Setelah tiba, Thunberg mengungkapkan kekecewaannya terhadap situasi tersebut. Ia menyebut misi GSF sebagai salah satu upaya signifikan untuk mematahkan apa yang ia sebut sebagai pengepungan ilegal dan tidak manusiawi terhadap Gaza. Dalam pernyataannya, ia juga menekankan bahwa tindakan pemerintah tidak cukup untuk melindungi hak asasi manusia di kawasan itu. “Kita bahkan tidak melihat upaya minimum dari pemerintah kita,” ujarnya kepada media.
Misi GSF berasal dari Barcelona, Spanyol, yang dimulai pada 31 Agustus dengan tujuan utama menyediakan bantuan bagi warga Gaza yang terperangkap dalam kondisi sulit akibat blokade. Armada ini terdiri dari sekitar 40 kapal sipil dan melibatkan berbagai peserta, termasuk jurnalis dan tenaga medis. Namun, armada ini ditangkap oleh Angkatan Laut Israel setelah berlayar menuju area yang berdekatan dengan blokade.
Kementerian Luar Negeri Yunani mengonfirmasi bahwa pesawat yang membawa Thunberg dan para aktivis lainnya juga mengangkut 27 warga Yunani dan 134 warga asing dari 15 negara Eropa. Secara keseluruhan, Kementerian Luar Negeri Israel melaporkan bahwa mereka telah mendeportasi 171 aktivis ke Yunani dan Slovakia, dengan Slovakia menegaskan satu warganya telah kembali setelah deportasi tersebut.
Armada GSF menghadapi banyak tantangan selama pelayaran, termasuk dugaan serangan sabotage oleh pihak Israel. Insiden semacam itu dilaporkan terjadi di perairan Yunani dan saat kapal berlabuh di Tunisia. Aktivis GSF menegaskan bahwa misi mereka selalu bersifat kemanusiaan dan bertujuan untuk membuka akses bantuan bagi warga sipil Gaza yang terkena dampak konflik berkepanjangan dan krisis kemanusiaan.
Thunberg, yang dikenal atas pergerakannya dalam isu perubahan iklim, tidak hanya mencurahkan perhatian pada isu lingkungan tetapi juga pada hak asasi manusia. Seruannya agar dunia bertindak demi mencegah potensi genosida terhadap rakyat Palestina menjadi suara pendukung yang kuat dalam kampanye global untuk kesadaran sosial dan kemanusiaan.
GSF adalah bagian dari gerakan internasional yang berupaya menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Gaza, yang sudah lama mengalami dampak negatif dari kebijakan blokade. Gerakan ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan tekanan pada negara-negara berkuasa untuk mematuhi norma kemanusiaan dan hak asasi manusia.
Dengan kondisi di Gaza yang semakin sulit, aktivis seperti Greta Thunberg dianggap sebagai pengingat akan tanggung jawab moral komunitas internasional. Meskipun menghadapi tantangan besar, semangat aktivis di GSF tetap kuat, menandakan bahwa upaya untuk meningkatkan kesadaran dan memberikan bantuan tidak akan surut. Misi ini jelas mencerminkan solidaritas global terhadap mereka yang menderita akibat konflik yang berkepanjangan.
Kedatangan Thunberg dan aktivis lainnya di Yunani menjadi momentum penting untuk membahas isu-isu kemanusiaan, hak asasi manusia, dan pentingnya akses bantuan bagi mereka yang paling membutuhkan, khususnya di daerah konflik seperti Gaza.
Source: mediaindonesia.com





