
Delegasi Israel dan Hamas telah memulai negosiasi tidak langsung di Mesir pada Senin (6/10/2025), dalam upaya untuk mencapai kesepakatan damai yang diusulkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Pengumuman ini muncul di tengah konflik yang telah berlangsung selama dua tahun dan menyebabkan ketegangan tinggi di Gaza. Fokus utama dari negosiasi ini adalah rencana untuk menghentikan pertempuran dan menanggapi tuntutan masing-masing pihak.
Dalam pertemuan awal ini, isu-isu kontroversial menjadi sorotan, termasuk tuntutan Israel untuk Hamas melucuti senjata dan desakan Hamas agar Israel menarik diri dari wilayah yang diduduki. "Kita memiliki peluang sangat bagus untuk kesepakatan yang langgeng," ujar Trump kepada wartawan, menunjukkan optimisme yang kuat terhadap hasil dari perundingan ini.
Dukungan Internasional
Rencana perdamaian yang diajukan Trump mendapat dukungan dari negara-negara Arab dan Barat, menunjukkan adanya keinginan global untuk mengakhiri konflik yang telah memakan banyak korban. Trump menegaskan pentingnya pengurangan serangan selama negosiasi, dan laporan menunjukkan bahwa Israel telah menurunkan intensitas serangannya, meskipun tidak sepenuhnya menghentikannya. Otoritas kesehatan Gaza melaporkan 19 kematian akibat serangan Israel dalam 24 jam terakhir, mencerminkan dampak humaniter yang mengkhawatirkan.
Perundingan ini juga dihadiri oleh perwakilan dari Mesir, AS, dan Qatar sebagai mediator. Sumber yang dekat dengan proses negosiasi menyatakan bahwa sesi pertama berakhir pada Senin malam, dengan pembicaraan dijadwalkan terus berlanjut pada Selasa (7/10/2025). Penting untuk dicatat bahwa negosiasi ini bertepatan dengan peringatan dua tahun dari serangan Hamas yang menyebabkan banyak korban jiwa, menambah urgensi untuk mencapai kesepakatan.
Tantangan dalam Negosiasi
Meskipun terdapat harapan untuk mencapai kesepakatan, muncul banyak tantangan yang menghambat proses ini. Salah satu persyaratan yang rumit adalah permintaan Israel agar Hamas melucuti senjata. Tuntutan ini ditolak oleh Hamas, kecuali jika Israel menghentikan pendudukan dan memberikan Palestina status sebagai negara merdeka. Sebuah sumber anonim dari dalam negosiasi memperkirakan bahwa proses ini tidak akan cepat dan bisa berlangsung beberapa hari ke depan.
Sementara itu, batas waktu 72 jam yang ditetapkan Trump untuk pemulangan para sandera diperkirakan sulit dicapai. Sejumlah sandera yang hilang diyakini sudah meninggal dan perlu dilakukan identifikasi jenazahnya di berbagai lokasi. Hal ini menunjukkan kompleksitas situasi yang harus dihadapi kedua belah pihak.
Pendapat Para Pemimpin
Trump, dalam posisinya sebagai mediator utama, telah menginvestasikan kapabilitas politiknya untuk mencapai hasil yang positif di kawasan tersebut. "Saya benar-benar yakin kita akan mencapai kesepakatan," tegasnya, menunjukkan kepercayaan dirinya terhadap kemampuan untuk memfasilitasi proses damai ini. Namun, tantangan yang ada menunjukkan bahwa mencapai kesepakatan akhir tidaklah mudah dan memerlukan kompromi dari kedua belah pihak.
Humaniter dan Kemanusiaan
Konflik ini telah mengubah wajah Gaza, dengan lebih dari 67.000 warga Palestina kehilangan nyawa dan 2,2 juta orang terpaksa mengungsi karena kerusakan infrastruktur yang parah. Warga Gaza saat ini mengalami kesulitan besar, termasuk kelaparan akibat kerusakan yang meluas. Dalam konteks ini, upaya negosiasi bertujuan tidak hanya untuk menghentikan permusuhan, tetapi juga untuk memberikan bantuan kemanusiaan yang mendesak.
Diharapkan bahwa perundingan ini bisa membawa harapan baru bagi penduduk di Gaza yang telah lama menderita akibat ketidakstabilan dan kekerasan. Meskipun masih jauh dari kesepakatan, langkah menuju dialog ini merupakan langkah penting dalam sejarah panjang konflik ini.
Source: news.okezone.com





