Hamas telah mengajukan permintaan khusus kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan sekutu-sekutunya untuk memberikan jaminan bahwa perang yang berkecamuk di Jalur Gaza akan diakhiri secara permanen. Permohonan ini disampaikan oleh Khalil El-Hayya, negosiator utama Hamas, dalam pertemuan tidak langsung dengan pihak Israel yang berlangsung di Mesir pada 7 Oktober lalu. Dalam wawancara dengan media Mesir, El-Hayya menyatakan kekecewaannya terhadap komitmen Israel untuk menghentikan pertikaian, menegaskan bahwa mereka tidak mempercayai niat baik pihak pendudukan.
“Kami tidak mempercayai pendudukan (Israel) di Gaza, bahkan sedetik pun,” tutur El-Hayya, menambahkan bahwa Israel telah sering melanggar kesepakatan gencatan senjata yang telah disetujui. Ia mengingat bahwa pihaknya telah mengalami pengingkaran gencatan senjata dua kali selama konflik ini, yang membuat mereka merasa perlu mendapatkan jaminan nyata dari Trump dan negara-negara lainnya agar kesepakatan dapat ditegakkan.
Konflik di Gaza sendiri telah memasuki tahun kedua sejak agresi militer Israel dimulai pada Oktober 2023. Serangan yang berkelanjutan ini telah merenggut ribuan nyawa, dengan lebih dari 67.000 warga Palestina tewas, termasuk anak-anak, perempuan, dan tenaga medis. Selain itu, lebih dari 170.000 orang lain mengalami luka-luka akibat serangan yang intensif dan berkepanjangan. Meskipun berbagai kecaman internasional telah dilontarkan, Israel terus melanjutkan operasi militer dengan dalih menargetkan kelompok Hamas.
Berbicara tentang upaya gencatan senjata, meski beberapa kesepakatan pernah dicapai, seringkali tidak bertahan lama. Salah satunya adalah gencatan sementara yang disetujui pada November 2023, tetapi cepat terpengaruh oleh pelanggaran yang dilakukan Israel yang terus melancarkan serangan. Kasus serupa terjadi pada gencatan senjata yang diupayakan pada Januari 2025 yang kembali gagal setelah pasukan Israel melanjutkan ofensif mereka terhadap wilayah Palestina.
Situasi ini semakin memburuk, dengan banyak warga Gaza yang mengalami penderitaan akibat konflik berkepanjangan ini. Saat ini, negosiasi baru sedang berlangsung di Mesir, dan Hamas mengungkapkan kesediaan untuk membebaskan seluruh sandera Israel, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal selama konflik.
Pernyataan ini membawa harapan baru bagi upaya menghentikan perang yang telah menimbulkan dampak kemanusiaan yang sangat signifikan. Dalam konteks ini, masyarakat internasional berperan penting untuk mendorong perundingan yang konstruktif dan menekankan perlunya komitmen dari semua pihak untuk mengakhiri kekerasan.
Tindakan nyata dari pemimpin dunia, termasuk Amerika Serikat, sangat diperlukan untuk menciptakan stabilitas di kawasan. Tanpa adanya jaminan yang konkret, upaya untuk mencapai perdamaian dan gencatan senjata hanya akan menjadi angan-angan.
Satu hal yang perlu dicatat adalah bahwa konflik ini tidak hanya melibatkan dua pihak, tetapi menyangkut banyak aspek sosial, politik, dan kemanusiaan yang lebih dalam. Oleh karena itu, penyelesaian yang abadi harus mencakup semua elemen ini agar benar-benar memberikan keadilan bagi semua pihak yang terdampak.
Source: mediaindonesia.com
