Pemerintah Israel telah secara resmi mengesahkan kesepakatan gencatan senjata fase pertama yang mencakup penghentian agresi di Jalur Gaza dan pembebasan sandera. Keputusan ini diambil melalui pemungutan suara di parlemen pada Jumat, 10 Oktober, sebagai langkah awal untuk meredakan tensi yang telah berlangsung. Dalam gencatan senjata yang disetujui ini, diharapkan penghentian serangan dapat dilakukan dalam waktu 24 jam, serta pembebasan 48 tawanan Israel dalam waktu 72 jam ke depan.
Menurut pernyataan dari kantor Perdana Menteri Israel, pemerintah telah setuju untuk meratifikasi kerangka kerja yang mencakup pembebasan semua sandera, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap situasi yang semakin mendesak dan memprihatinkan di kawasan tersebut.
Kesepakatan Disetujui Setelah Negosiasi Panjang
Kesepakatan ini terwujud setelah Israel dan Hamas menandatangani gencatan senjata pada Kamis, 9 Oktober. Proses negosiasi yang panjang dan penuh hambatan akhirnya membuahkan hasil. Dalam hal ini, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, turut mengumumkan pencapaian kesepakatan melalui platform media sosialnya, mengekspresikan kebanggaannya atas capaian tersebut.
Tahap pertama dari gencatan ini mencakup beberapa poin penting. Selain penghentian serangan militer dalam waktu 24 jam, juga ada penarikan sebagian pasukan Israel dan pemulangan seluruh sandera dalam kurun waktu yang telah ditetapkan.
Pertukaran Tawanan dan Bantuan Kemanusiaan
Salah satu poin utama dalam kesepakatan ini adalah rencana untuk menukar 20 sandera yang masih hidup dengan 2.000 tahanan Palestina yang saat ini berada di penjara-penjara Israel. Informasi dari sumber-sumber terkait juga mengindikasikan bahwa Hamas mengajukan permintaan untuk pembebasan pemimpin Fatah, Marwan Barghouti, yang kini menjalani hukuman seumur hidup.
Selain itu, Hamas juga meminta pengembalian jenazah dua pemimpin mereka, Yahya Sinwar dan Mohammad Sinwar, yang menurut klaim mereka disembunyikan oleh pihak Israel. Fase pertama kesepakatan ini juga mencakup peningkatan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza. Rencana ini mencakup pengiriman 400 truk berisi makanan, obat-obatan, dan kebutuhan pokok setiap harinya untuk mendukung warga sipil yang terdampak konflik.
Tantangan dan Ketidakpastian di Lapangan
Meski kesepakatan gencatan senjata ini disambut dengan optimisme, banyak pertanyaan tetap mengemuka. Salah satunya adalah kejelasan mengenai waktu dimulainya gencatan permanen, masa depan politik Hamas, serta stabilitas pemerintahan Gaza setelah agresi berakhir. Perlu diingat bahwa Israel memiliki riwayat pelanggaran kesepakatan gencatan sebelumnya, baik dengan Hamas maupun dengan Hizbullah.
Di tengah upaya menuju perdamaian ini, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa serangan udara oleh pasukan Israel masih berlanjut. Setidaknya 10 warga Palestina dilaporkan tewas dan 49 lainnya luka-luka akibat serangan tersebut. Ini menandakan bahwa meski ada kesepakatan, realitas di lapangan masih kompleks dan memerlukan perhatian lebih.
Dengan adanya kesepakatan gencatan senjata ini, terdapat harapan untuk mengarah ke proses perdamaian yang lebih luas. Namun, keberhasilan inisiatif ini akhirnya bergantung pada komitmen dari kedua pihak untuk menghentikan kekerasan dan membuka jalur diplomasi yang lebih berkelanjutan. Mekanisme dan jaminan yang kuat akan diperlukan untuk menjaga stabilitas dan menghindari kembali terjadinya konflik yang berkepanjangan.
Source: mediaindonesia.com
