China Membangun Kota Tiruan Taipei untuk Persiapan Latihan Invasi Taiwan

China telah membangun replika kota Taipei di sebuah pangkalan pelatihan militer di Daerah Otonomi Mongolia Dalam. Proyek ini, yang telah menarik perhatian luas, disebut-sebut sebagai bagian dari persiapan untuk potensi invasi Taiwan. Analisis oleh Japan Institute for National Fundamentals (JINF) menunjukkan bahwa replika yang berfokus pada pusat administrasi Taiwan itu kini berukuran tiga kali lipat dari ukuran awalnya pada tahun 2020.

Citra satelit dari Badan Antariksa Eropa menampilkan lokasi tersebut, yang terletak di Pangkalan Pelatihan Taktik Gabungan Zhurihe—pangkalan pelatihan terbesar milik Tentara Pembebasan Rakyat (PLA). Wilayah ini dirancang menyerupai berbagai medan perang untuk memberikan pengalaman simulasional yang realistis. Pembangunan replika ini tidak saja melibatkan gedung-gedung administrasi, tetapi juga berbagai struktur tambahan yang mengimitasi institusi penting di Taiwan.

Salah satu bangunan utama yang direplikasi adalah Gedung Kantor Kepresidenan Taiwan. Selain itu, replika otoritas peradilan tertinggi Taiwan juga telah dibangun. Menurut JINF, pengerjaan ini selesai sebagian besar pada tahun 2021, dan termasuk terowongan bawah tanah sepanjang 280 meter yang menghubungkan berbagai struktur. Terowongan ini menambah dimensi strategis, memberikan kesan bahwa PLA tidak hanya siap untuk menyerang secara langsung, tetapi juga telah mempersiapkan skenario dan rute pelarian bagi kepemimpinan Taiwan.

Para analis menilai bahwa pembangunan kota tiruan ini berpotensi untuk memperkuat pelatihan dalam skenario “operasi pemenggalan kepala”, yang menargetkan para pemimpin Taiwan sebagai langkah invasi yang efektif. Dalam konteks ini, pembentukan replika tidak hanya berfungsi sebagai alat pelatihan, tetapi juga bisa dilihat sebagai bentuk perang psikologis untuk melemahkan semangat pertahanan Taiwan.

Pakar pertahanan Maki Nakagawa menegaskan bahwa perluasan dan pembangunan yang cepat di Zhurihe menyampaikan pesan yang jelas kepada Taiwan. “Meskipun Anda membangun rute pelarian, tidak akan ada jalan keluar,” ungkap Nakagawa, merujuk pada meningkatnya tekanan militer dari Beijing.

Sejak Xi Jinping mengambil alih kepemimpinan, PLA telah intensif melakukan latihan di perairan dan wilayah sekitar Taiwan. Ini memperkuat klaim Beijing atas pulau tersebut, meskipun Taiwan memiliki pemerintahan yang terpisah dan berdaulat. Dalam salah satu pidato terbaru, Presiden Taiwan Lai Ching-te menyatakan keprihatinan mengenai aktivitas militer China yang terus meningkat. Ia menggarisbawahi pentingnya persatuan dalam menghadapi agresi.

Guo Jiakun, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, menjelaskan dalam sebuah konferensi pers bahwa masa depan Taiwan terletak pada penyatuan kembali dengan daratan China. Ia menekankan bahwa tidak ada kekuatan yang bisa menghentikan proses ini.

Kepentingan AS dalam masalah Taiwan juga semakin meningkat. Para pejabat AS meyakini bahwa Xi Jinping telah memerintahkan militer China untuk bersiap merebut Taiwan pada tahun 2027. Namun, mereka menekankan bahwa ini tidak berarti bahwa serangan akan terjadi pada tahun tersebut, melainkan menunjukkan kesiapan yang meningkat dari pihak Beijing.

Dalam konteks yang lebih luas, pengembangan kota tiruan Taipei ini menunjukkan betapa seriusnya Beijing dalam mempersiapkan skenario invasi. Dampaknya tidak hanya akan dirasakan di Taiwan, tetapi juga mempengaruhi stabilitas regional dan hubungan internasional, terutama di kawasan Asia-Pasifik.

Dengan perkembangan ini, masyarakat internasional perlu mengawasi situasi ini dengan cermat, karena setiap tindakan atau langkah China dapat memicu reaksi dari negara-negara lain, termasuk AS dan sekutu-sekutu Taiwan. Ketegangan ini menambah kompleksitas situasi geopolitik di kawasan, di mana setiap pihak harus bijak dalam mengambil langkah strategis yang tepat.

Source: international.sindonews.com

Berita Terkait

Back to top button