Kim Jong Un Pamer Kekuatan Nuklir, Dunia Waswas Terhadap Rudal Hwasong-20

Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, baru saja memimpin parade militer yang menampilkan kekuatan nuklir negara tersebut dengan pameran rudal balistik antarbenua terbaru, Hwasong-20. Acara ini berlangsung pada malam 10 Oktober 2025, dalam rangka peringatan 80 tahun berdirinya Partai Buruh Korea, dan disaksikan oleh pejabat tinggi internasional, termasuk Perdana Menteri Tiongkok, Li Qiang, dan mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev. Dengan kehadiran tamu-tamu tersebut, parade ini menunjukkan upaya Korea Utara untuk memperkuat posisi diplomatik dan menunjukkan kekuatan militernya.

Hwasong-20, yang digambarkan oleh media resmi Korea Utara, KCNA, sebagai sistem senjata strategis nuklir terkuat yang dimiliki negara itu, mampu menjangkau seluruh daratan Amerika Serikat. Meski demikian, para analis masih meragukan keakuratan sistem pemandu dan ketahanan hulu ledaknya saat memasuki kembali atmosfer. Ankit Panda, seorang peneliti di Carnegie Endowment for International Peace, menekankan bahwa Hwasong-20 mencerminkan ambisi Korea Utara untuk meningkatkan kemampuan pengiriman nuklir jarak jauh dan dapat diuji sebelum akhir tahun.

Parade ini tidak hanya menampilkan Hwasong-20, tetapi juga berbagai jenis senjata lainnya, termasuk rudal balistik hipersonik, peluncur roket ganda jenis baru, serta peluncur untuk drone bunuh diri. Hal ini menegaskan bahwa Korea Utara terus berinvestasi dalam pengembangan teknologi militernya, meskipun sering menjadi sasaran sanksi internasional.

Dalam pidatonya, Kim Jong Un menekankan pentingnya kekuatan militer dalam melindungi kedaulatan dan memperkuat pertahanan negara. Ia menyatakan, “Tentara kita harus terus tumbuh menjadi kekuatan tak terkalahkan yang menghancurkan semua ancaman.” Penekanan ini menunjukkan bahwa meskipun Korea Utara menghadapi banyak tantangan, negara tersebut tetap berkomitmen untuk memperkuat kemampuan defensifnya.

Selama parade, Kim juga mengadakan pertemuan bilateral dengan Dmitry Medvedev, di mana Medvedev mengungkapkan penghargaan terhadap kontribusi tentara Korea Utara dalam membantu Rusia, terutama dalam konteks konflik di Ukraina. Kedua negara memiliki hubungan yang semakin dekat, dan Kim menyatakan harapannya untuk melanjutkan kerja sama strategis dengan Rusia.

Tak hanya itu, Vietnam juga menjalin perjanjian kerja sama dengan Korea Utara di bidang pertahanan, luar negeri, dan kesehatan. Meskipun rincian lebih lanjut tidak diungkapkan, langkah ini menunjukkan bahwa Korea Utara berupaya memperluas jaringan aliansi dan kemitraan, terutama dengan negara-negara yang memiliki pandangan serupa terhadap isu-isu global.

Pameran rudal Hwasong-20 dan kemitraan dengan negara-negara besar, seperti Rusia dan Tiongkok, menambah ketegangan di kawasan. Negara-negara tetangga dan komunitas internasional semakin waspada terhadap pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Activitas semacam ini tidak hanya meningkatkan kekhawatiran keamanan, tetapi juga memperumit dinamika geopolitik di Asia.

Korea Utara, meskipun sering terisolasi, menggunakan momentum pameran seperti ini untuk menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki dukungan dari sekutu internasional dan terus mengembangkan teknologi militer canggih. Dalam konteks yang lebih luas, pengembangan Hwasong-20 bisa menjadi tantangan serius bagi kebijakan pertahanan dan keamanan negara-negara seperti Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya di kawasan.

Dengan semua yang terjadi, dunia akan terus memantau dengan seksama evolusi situasi keamanan yang berpotensi mengubah tatanan internasional. Menyaksikan perkembangan ini, para pemimpin global perlu mempertimbangkan langkah-langkah strategis untuk meredakan ketegangan dan mencegah situasi yang dapat memicu konflik lebih lanjut di kawasan.

Source: www.beritasatu.com

Berita Terkait

Back to top button