Krisis Politik Madagaskar Memanas: Rajoelina Ungkap Upaya Kudeta Bersenjata

Presiden Madagaskar, Andry Rajoelina, mengungkapkan adanya upaya kudeta bersenjata yang berlangsung di negara tersebut, yang berlangsung sejak beberapa minggu terakhir. Pernyataan ini disampaikan pada Minggu (12/10/2025) setelah sejumlah prajurit bergabung dengan ribuan pengunjuk rasa anti-pemerintah di ibu kota, Antananarivo. Gelombang protes ini, yang dimulai pada 25 September, merupakan tantangan politik terbesar bagi Rajoelina sejak terpilih kembali pada 2023.

Dalam pernyataannya, Rajoelina menekankan bahwa upaya perebutan kekuasaan ini bertentangan dengan konstitusi dan prinsip-prinsip demokrasi. Rajoelina menyebutkan, “Masyarakat internasional perlu tahu bahwa ada upaya untuk merebut kekuasaan secara ilegal dan dengan kekerasan di tanah air.”

Pasukan dari unit elit yang dikenal sebagai Kabsat, yang pernah membantu Rajoelina dalam kudeta 2009, turut menyerukan rekan-rekan militernya untuk mendukung protes yang dipimpin oleh generasi muda. Protes ini awalnya terjadi akibat krisis air dan listrik, namun tuntutan para demonstran kini telah meluas, termasuk mendorong Rajoelina untuk mundur, meminta maaf atas kekerasan terhadap massa, serta membubarkan Senat dan Komisi Pemilihan Umum.

Menurut laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sedikitnya 22 orang dilaporkan tewas dan 100 lainnya terluka akibat kerusuhan yang terjadi sejak protes meletus pada September lalu. Namun, pemerintah Madagaskar mengklaim bahwa angka kematian yang sebenarnya hanya mencapai 12 orang. Rajoelina dan pemerintahannya membantah informasi PBB dan menyatakan bahwa mereka sedang bekerja untuk menciptakan ruang dialog dengan generasi muda yang merasa frustrasi.

Situasi ini semakin memanas setelah Rajoelina pada 29 September, mengambil langkah drastis dengan membubarkan pemerintah sebagai respons terhadap gelombang protes mematikan. Dalam pidato yang disiarkan di televisi, dia mengakui kesalahan pemerintah dan meminta maaf kepada masyarakat. “Kami memahami kemarahan, kesedihan, dan kesulitan yang dihadapi rakyat akibat pemadaman listrik dan masalah pasokan air,” ungkapnya.

Aksi protes yang terinspirasi oleh gerakan global yang sama di Kenya dan Nepal ini menunjukkan kekuatan generasi muda dalam menyuarakan ketidakpuasan mereka terhadap pemerintahan. Mereka menuntut perubahan yang mendasar dan transparansi dalam pemerintahan.

Hingga saat ini, atmosfer di Madagaskar masih ketat dan penuh ketidakpastian. Respons masyarakat internasional terhadap situasi ini juga mulai mengemuka, mendorong perhatian global terhadap dinamika politik yang memanas di negara pulau tersebut.

Rajoelina, yang pernah menjadi sosok kontroversial dalam sejarah politik Madagaskar, kini menghadapi tantangan yang tidak hanya berdampak pada kredibilitasnya, tetapi juga stabilitas negara secara keseluruhan. Kejadian ini menjadi pengingat akan pentingnya pemerintahan yang responsif terhadap kebutuhan rakyat, terutama dalam menangani isu-isu yang mengganggu kehidupan sehari-hari mereka.

Dengan semakin meluasnya protes dan tuntutan rakyat, masa depan politik Madagaskar tetap tidak menentu. Semua mata kini tertuju pada langkah apa yang akan diambil Rajoelina selanjutnya untuk meredakan ketegangan dan memenuhi harapan para pengunjuk rasa.

Source: www.suara.com

Exit mobile version