Pakistan dan Afghanistan Setujui Gencatan Senjata 48 Jam Pasca Pertempuran

Pakistan dan Afghanistan telah mencapai kesepakatan untuk menerapkan gencatan senjata sementara selama 48 jam mulai Rabu (15/10/2025) waktu setempat. Kesepakatan ini menyusul meningkatnya ketegangan yang disebabkan oleh serangkaian pertempuran dan serangan udara yang mengakibatkan lebih dari selusin warga sipil tewas dan sekitar 100 orang terluka. Gencatan senjata ini menjadi langkah penting untuk meredakan kondisi yang semakin buruk antara kedua negara di Asia Selatan.

Pertempuran terkini di sepanjang perbatasan Pakistan dan Afghanistan telah menciptakan krisis kemanusiaan yang mendalam. Peristiwa ini menjadi salah satu bentrokan terberat antara kedua negara sejak Taliban mengambil alih Kabul pada 2021. Gencatan senjata sementara ini diharapkan dapat memfasilitasi dialog dan mencegah situasi lebih lanjut yang membahayakan perdamaian.

Menurut pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Pakistan, gencatan senjata ini diminta oleh pemerintah Taliban di Kabul. Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mengonfirmasi kesepakatan ini dan menegaskan bahwa Kabul telah memerintahkan pasukannya untuk mematuhi gencatan senjata dengan syarat bahwa pihak Pakistan juga tidak melakukan agresi.

Ketegangan antara kedua negara meningkat setelah Pakistan mendesak pemerintah Taliban untuk mengendalikan militan yang melakukan serangan dari wilayah Afghanistan. Pakistan menuduh bahwa militan tersebut beroperasi dari tempat persembunyian di dalam perbatasan Afghanistan. Sementara itu, Taliban membantah tuduhan tersebut dan menuduh militer Pakistan menyebarkan informasi yang menyesatkan yang justru memprovokasi ketegangan lebih lanjut di perbatasan.

Sebelum kesepakatan gencatan senjata dibuat, serangan udara telah dilancarkan oleh Pakistan di provinsi perbatasan Afghanistan, Kandahar, yang menargetkan daerah Spin Boldak. Para pejabat keamanan di Pakistan menyatakan bahwa serangan tersebut ditujukan untuk menghancurkan satu brigade pasukan Taliban dan mengakibatkan banyak korban. Di sisi lain, juru bicara Kementerian Pertahanan Afghanistan membenarkan bahwa wilayah permukiman juga terkena imbas serangan, yang menyebabkan sejumlah warga sipil terluka.

Di Kabul, pusat bedah Emergency melaporkan bahwa mereka menerima sekitar 40 orang yang terluka akibat serangan, termasuk lima orang yang dinyatakan tewas. Direktur Negara Emergency di Afghanistan, Dejan Panic, menjelaskan bahwa banyak korban mengalami luka parah, termasuk akibat ledakan dan tembakan. Ini menunjukkan dampak langsung pertempuran terhadap kehidupan sipil, memperburuk situasi kemanusiaan di wilayah yang sudah penuh tantangan ini.

Kembali ke pakta gencatan senjata, langkah ini merupakan upaya untuk memberikan jeda dalam kekerasan yang berkepanjangan dan memberikan kesempatan bagi kedua belah pihak untuk melakukan dialog lebih lanjut mengenai permasalahan yang ada. Namun, tantangan besar tetap ada, mengingat laporan yang muncul dari kedua belah pihak seringkali saling bertentangan. Misalnya, Pakistan membantah terlibat dalam serangan-serangan tersebut dan menyebut bahwa empat warganya terluka akibat tindakan pasukan Taliban di distrik Chaman, yang berseberangan dengan Spin Boldak.

Perselisihan ini mencerminkan kompleksitas hubungan antara Pakistan dan Afghanistan, yang dalam beberapa tahun terakhir dipenuhi ketegangan politik dan militansi yang meningkat. Keduanya sebenarnya pernah menjadi sekutu dalam melawan insurgensi, namun kondisi saat ini menunjukkan bahwa hubungan tersebut semakin renggang.

Dengan gencatan senjata yang disepakati, banyak pihak berharap agar langkah ini dapat membawa perubahan positif dan mengurangi kekerasan di perbatasan. Namun, apakah kesepakatan ini akan bertahan dan diikuti dengan tindakan nyata yang menguntungkan kedua negara tetap menjadi pertanyaan penting yang perlu dijawab di masa depan.

Source: news.okezone.com

Berita Terkait

Back to top button