Jet Tempur J-10 Pakistan Tembak Jatuh Rafale India: Insiden di Udara

Dalam beberapa bulan terakhir, dunia telah menyaksikan dinamika baru dalam konflik India dan Pakistan, terutama terkait dengan penggunaan jet tempur J-10C yang dibeli oleh Pakistan dari China. Dalam sebuah peristiwa yang mencolok, jet tempur ini berhasil menembak jatuh pesawat tempur Rafale milik India, menimbulkan banyak spekulasi dan perhatian di kalangan analis militer dan pengamat internasional.

Peristiwa tersebut terjadi setelah serangan militan di wilayah Kashmir yang dikuasai India pada April lalu, yang menewaskan 26 orang. India menanggapi dengan meluncurkan rudal ke wilayah Pakistan, memicu eskalasi yang semakin meningkat. Pakistan, dalam upaya membalas serangan tersebut, meluncurkan serangan udara yang melibatkan penggunaan drone serta jet tempur J-10C. Dalam serangan tersebut, Pakistan mengklaim bahwa mereka berhasil menembak jatuh beberapa jet tempur India, termasuk pesawat canggih Rafale.

Menteri Luar Negeri Pakistan, Ishaq Dar, dalam pernyataan di parlemen, mengungkapkan kebanggaan atas keberhasilan pilot mereka yang menerbangkan J-10C dalam menembak jatuh pesawat Rafale. Selain itu, Dar juga menyebutkan bahwa pihak China merasa puas dengan performa jet tempur mereka di lapangan. Ini menjadi catatan penting karena merupakan kali pertama J-10C digunakan dalam pertempuran nyata, dengan dukungan rudal canggih PL-15.

Ahli pertahanan Siemon Wezeman dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) menekankan bahwa peristiwa ini memberikan wawasan berharga tentang efektivitas produk militer dalam situasi nyata. Ia menyatakan, semua produsen senjata selalu ingin mengetahui bagaimana senjata mereka berkinerja dalam konflik. Menurut analisisnya, pengujian J-10C pada situasi ini dapat menjadi tolok ukur bagi kemampuan tempur jet tersebut dan senjata yang dibawanya.

Kejadian ini juga menjadi perhatian bagi banyak negara, terutama India, yang selama ini memiliki hubungan erat dengan Rusia dan Amerika Serikat dalam hal persenjataan. Meskipun India memiliki jet tempur Rafale sebagai andalan, hasil pertempuran ini memberikan sinyal baru tentang potensi persenjataan China, yang kini tidak hanya dalam aspek kuantitas tetapi juga berupaya setara dengan teknologi Barat.

Tercatat bahwa Pakistan merupakan salah satu mitra utama China dalam hal militer, dengan lebih dari 80% peralatan militer negara itu berasal dari China. Keberhasilan Pakistan dalam menggunakan J-10C dapat memberikan dampak signifikan bagi pemasaran senjata China ke negara lain. Analis Andrew Small bahkan menyebut Pakistan sebagai “panggung pertunjukan” bagi produk militer China, di mana kesuksesan dalam konflik dapat meningkatkan minat negara lain untuk membeli senjata China.

Saham Chengdu Aircraft Corporation, produsen J-10C, mengalami lonjakan setelah berita tersebut tersebar. Selain itu, Indonesia yang juga berencana membeli jet tempur ini menjadi semakin tertarik untuk melanjutkan akuisisi mereka.

Keberhasilan dalam menjatuhkan Rafale tidak hanya memperkuat posisi Pakistan di kancah internasional tetapi juga memberikan dorongan signifikan bagi industri pertahanan China, yang kini semakin mendominasi pasar senjata global. Pertanyaan yang muncul adalah, bagaimana dampak jangka panjang dari peristiwa ini akan mempengaruhi hubungan internasional dan jual beli senjata di region yang semakin tegang ini?

Source: www.viva.co.id

Berita Terkait

Back to top button