Presiden Lebanon, Joseph Aoun, mengungkapkan kemarahannya setelah militer Israel melancarkan serangan udara di wilayah Lebanon pada Kamis malam (16/10/2025). Serangan tersebut berlangsung di tengah gencatan senjata yang seharusnya menjaga stabilitas di kedua negara, dengan mengakibatkan satu orang tewas dan tujuh lainnya mengalami luka-luka.
Aoun menuduh Israel berusaha merusak stabilitas Lebanon dan menggagalkan upaya pemulihan ekonomi yang tengah berlangsung. "Israel berusaha menghancurkan infrastruktur produktif Lebanon dengan dalih keamanan palsu. Mereka tidak pernah berniat menghormati gencatan senjata," ujarnya, seperti yang dilaporkan oleh Anadolu. Pernyataan Aoun ini mencerminkan kekesalan pemerintah Lebanon terhadap keputusan Israel yang dinilai melanggar kesepakatan yang ada.
Pelanggaran Gencatan Senjata
Gencatan senjata yang ditandatangani pada November 2024 bertujuan untuk mengakhiri konflik berkepanjangan antara Israel dan Hizbullah. Dalam kesepakatan tersebut, Israel sepakat untuk menarik seluruh pasukannya dari Lebanon selatan paling lambat Januari 2025. Namun, hingga saat ini, hanya sebagian pasukan yang ditarik, dan lima pos militer masih bertahan di perbatasan.
Konflik yang berlangsung dari Oktober 2023 ini telah menimbulkan banyak korban jiwa, dengan lebih dari 4.000 orang tewas dan sekitar 17.000 terluka. Melihat situasi ini, Aoun menegaskan bahwa pemerintah Lebanon tidak akan terdiam. Dia berjanji untuk mempercepat usaha pengusiran pasukan Israel dari wilayah selatan Lebanon.
Meningkatkan Kekuatan Militer
Sebagai langkah konkret untuk menjaga keamanan nasional, Aoun mengumumkan rencana untuk meningkatkan jumlah tentara Lebanon di selatan Sungai Litani menjadi 10.000 personel pada akhir 2025. Rencana ini bertujuan untuk memperkuat pengawasan perbatasan dan memastikan keamanan wilayah setelah penarikan penuh pasukan Israel.
"Komitmen kami adalah untuk bekerja sama dengan UNIFIL (Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Lebanon) dalam menegakkan Resolusi PBB 1701 dan secara bertahap mengambil alih seluruh posisi yang kini dijaga oleh pasukan perdamaian hingga 2027," tegasnya.
Lebanon saat ini juga aktif menjalin komunikasi dengan beberapa negara lain untuk menyiapkan fase pasca-penarikan pasukan Israel. Langkah ini diharapkan dapat membantu menjaga stabilitas jangka panjang di Lebanon selatan, yang selama ini menjadi titik konflik antara Lebanon dan Israel.
Situasi Terkini di Lebanon
Krisis yang terus berlangsung di Lebanon tidak hanya disebabkan oleh ketegangan dengan Israel, tetapi juga berakar dari masalah internal, termasuk krisis ekonomi. Masyarakat Lebanon merasakan dampak dari ketidakstabilan ini dengan meningkatnya tingkat pengangguran dan kemiskinan.
Tindakan Israel yang terus menggempur wilayah Lebanon dipandang sebagai ancaman yang menambah kerentanan keadaan tersebut. Dengan rakyat Lebanon yang sudah mengalami banyak kesulitan, penyerangan ini hanya menambah beban berat di pundak mereka.
Presiden Aoun berharap agar masyarakat internasional dapat membantu menengahi situasi ini, dengan harapan gencatan senjata dan ketegangan dapat diakhiri demi mencapai perdamaian yang berkelanjutan. Upaya diplomasi, baik melalui mediator internasional maupun negara-negara tetangga, menjadi kunci untuk menciptakan stabilitas di kawasan yang telah lama dilanda konflik ini.
Terlepas dari ancaman yang ada, harapan akan perdamaian dan stabilitas di Lebanon tetap menguat. Rencana Aoun untuk memperkuat kekuatan militer dan menggandeng UNIFIL menunjukkan komitmen Lebanon untuk melindungi kedaulatannya dan menjaga keamanan nasional di tengah intervensi militer Israel yang terus berlanjut.
Source: www.inews.id





