Hamas baru saja menyerahkan satu jenazah tawanan tambahan di wilayah Gaza yang sebelumnya hancur akibat perang. Penyerahan ini dilakukan pada malam hari dan dibarengi dengan desakan kepada para mediator internasional untuk menekan Israel agar membuka akses bantuan ke Gaza. Dalam pernyataan yang dirilis pada Jumat malam (17/10), kelompok bersenjata Hamas, Brigade Qassam, mengungkapkan bahwa jenazah tersebut adalah korban dari pihak tahanan pendudukan, yang menunjukkan bahwa itu adalah warga Israel.
Pihak Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengonfirmasi bahwa peti mati jenazah tawanan itu telah diterima oleh Palang Merah di Gaza. Jenazah tersebut akan menuju Pusat Kedokteran Forensik Nasional Kementerian Kesehatan Israel untuk proses identifikasi sebelum diberitahukan kepada keluarga. “Kami meminta publik untuk bersikap sensitif dan menunggu hasil identifikasi resmi,” ujar juru bicara militer Israel.
Hamas menunjukkan komitmennya terhadap kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat. Mereka menegaskan bahwa semua jenazah yang berhasil ditemukan telah diserahkan, namun menyoroti bahwa sejumlah jenazah masih terjepit di reruntuhan akibat serangan udara Israel. “Saat ini ada sekitar 18 jenazah yang belum dapat dievakuasi di Gaza,” ungkap Hamda Salhut dari Al Jazeera.
Namun, situasi ini cukup rumit. Sejumlah pihak menyayangkan kerja sama antara Hamas dan Israel yang dinilai lamban. Mantan direktur jenderal Kementerian Luar Negeri Israel, Alon Liel, menekankan bahwa isu pemulangan jenazah sangat sensitif bagi masyarakat Israel. “Ada rasa marah yang mendalam terhadap Hamas karena belum mengembalikan seluruh jenazah,” katanya.
Hamas menegaskan bahwa beberapa jenazah berada di lokasi yang terkena serangan, seperti terowongan dan bangunan yang dibom. Mereka mengklaim bahwa Israel memperlambat proses dengan tidak mengizinkan masuknya alat berat yang diperlukan untuk menggali puing-puing tersebut. “Kami membutuhkan bantuan alat berat dan tim untuk membantu pencarian,” tambah Nour Odeh dari Al Jazeera.
Sejak dimulainya konflik, infrastruktur Gaza mengalami kerusakan parah. Mayoritas alat berat yang ada di wilayah tersebut telah hancur akibat perang, menyisakan sedikit sekali yang tersisa untuk membersihkan reruntuhan. Dalam kesempatan terpisah, dilaporkan bahwa Turki bersedia mengirimkan 81 ahli untuk bantuan pencarian jenazah, namun Israel masih belum mengizinkan bantuan tersebut masuk ke Gaza.
Pendekatan yang lebih komprehensif diperlukan di sini. Pada saat yang sama, Hamas menyerahkan sembilan jenazah sepanjang beberapa hari terakhir, di mana penyerahan jenazah kesepuluh baru saja dilaksanakan. Sementara itu, Lembaga Pertahanan Sipil Gaza melaporkan bahwa lebih dari 10.000 warga Palestina masih terjebak dan tertimbun di bawah reruntuhan, dengan total hanya 280 jenazah yang telah dievakuasi hingga kini.
Dengan gencatan senjata yang disepakati pekan lalu, Hamas mendesak mediator internasional agar mempercepat pembukaan akses bantuan ke Gaza. Mereka meminta peningkatan pasokan bantuan, pembukaan perbatasan Rafah dengan Mesir, serta dimulainya rekonstruksi di wilayah yang hancur. Meski gencatan senjata telah dibuat, Israel belum sepenuhnya membuka akses bantuan dalam skala besar, dan masih melanjutkan operasi di sekitar separuh wilayah Gaza.
Situasi kemanusiaan di Gaza terus memburuk, dan dengan adanya permintaan mendesak dari Hamas dan tingginya kebutuhan akan bahan bantuan, tantangan besar masih dihadapi. Kesejahteraan masyarakat Gaza sangat bergantung pada kerja sama dan perhatian internasional untuk mengatasi situasi krisis yang berkepanjangan.
Source: mediaindonesia.com
