Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan bahwa biaya untuk membangun kembali Jalur Gaza pasca-konflik akan sangat besar, mencapai sekitar 70 miliar dolar AS (sekitar Rp1,15 kuadriliun). Juru Bicara PBB, Stephane Dujarric, menyatakan bahwa anggaran besar ini sangat diperlukan untuk memulihkan infrastrukur yang rusak dan memastikan keamanan di wilayah tersebut. “Biaya pembangunan kembali Gaza akan sangat besar,” ungkap Dujarric dalam rilis berita yang diterima ANTARA pada 18 Oktober 2025.
Dalam upaya mendukung proses rekonstruksi, Dujarric menyerukan kepedulian komunitas internasional. Ia menekankan pentingnya kesatuan dari beragam kelompok dan negara dalam memberikan dukungan bagi rakyat Palestina. “Kami sangat berharap komunitas internasional akan bersatu demi kepentingan Palestina,” tegasnya. Ini menunjukkan bahwa tantangan yang dihadapi Gaza bukan hanya dari segi fisik, tetapi juga memerlukan perhatian dan komitmen global untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan.
Momen penting dalam diskusi perdamaian berlangsung pada KTT Perdamaian Gaza yang digelar di Sharm El-Sheikh, Mesir, pada 13 Oktober lalu. KTT tersebut dipimpin oleh Presiden Mesir, Abdel Fattah el-Sisi, dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, serta dihadiri oleh 35 pemimpin dunia. Para pemimpin yang hadir dalam pertemuan itu berkomitmen untuk menyelesaikan perselisihan dengan cara diplomatik dan tidak melalui kekerasan. Dalam deklarasi bersama, mereka menegaskan pentingnya negosiasi untuk mencapai penyelesaian yang dapat diterima oleh semua pihak.
PBB mencatat bahwa kerusakan infrastruktur di Gaza sangat parah setelah rentetan konflik, dan proses rekonstruksi bisa menjadi tantangan yang kompleks. Perkiraan biaya mencapai 70 miliar dolar AS ini merupakan gambaran betapa besar dampak yang ditimbulkan oleh ketidakstabilan yang berkepanjangan di kawasan tersebut. Untuk memastikan pembangunan kembali berlangsung efektif, Dujarric menekankan perlunya kerjasama internasional yang solid.
Adanya komitmen dari berbagai pihak di dalam KTT Perdamaian Gaza menunjukkan harapan untuk masa depan yang lebih baik di wilayah ini. Kehadiran pemimpin-pemimpin dari berbagai negara, termasuk pemimpin negara-negara Timur Tengah dan Eropa, menunjukkan adanya ikhtiar kolektif untuk mendamaikan situasi yang sudah berlarut-larut. Dalam pernyataan mereka, para pemimpin memastikan bahwa mereka akan berupaya untuk menghindari kekerasan di masa mendatang dan mengambil langkah-langkah diplomatis untuk penyelesaian konflik.
Namun, tantangan dalam proses rekonstruksi tetaplah besar. Dengan biayanya yang sangat tinggi, dibutuhkan keterlibatan lebih lanjut dari lembaga internasional dan donor untuk membantu mempercepat proses pembangunan kembali. Komunikasi antara negara-negara yang terlibat dalam konflik, serta dukungan penuh dari masyarakat internasional, sangat penting untuk menciptakan stabilitas dan keamanan di Gaza.
Perhatian publik juga akan tertuju pada mekanisme pengawasan untuk penggunaan anggaran yang besar ini agar dapat menghargai kepercayaan internasional. Transparansi akan menjadi kunci untuk memastikan bahwa bantuan yang diberikan digunakan secara efektif dan efisien dalam membangun kembali infrastruktur, rehabilitasi masyarakat, serta menjaga keamanan kawasan untuk jangka panjang.
Dukungan konkret dari komunitas internasional kini menjadi langkah krusial bagi Gaza. Diharapkan, semua pihak dapat bersatu untuk saling membantu dan menyelesaikan segala bentuk konflik melalui dialog yang konstruktif. Dengan kerja sama yang baik, diharapkan Jalur Gaza bisa kembali pulih dan masyarakatnya dapat merasakan kehidupan yang lebih baik dan lebih aman dalam waktu dekat.
Source: www.viva.co.id
