Mantan PNS Filipina Ungkap Korupsi, Picu Demonstrasi Besar dan Ditembak Mati

Mantan pegawai Badan Irigasi Nasional (NIA) Filipina, Niruh Kyle Antatico, yang mengungkap kasus korupsi di lembaglembaga publik, ditembak mati pada 10 Oktober 2025. Pembunuhan ini menyoroti masalah serius yang dihadapi Filipina terkait dengan praktik korupsi yang melibatkan proyek-proyek pemerintah dan bagaimana isu tersebut bisa menjurus pada tindakan kekerasan.

Antatico, yang pernah menjabat sebagai peneliti hukum di NIA wilayah Mindanao Utara, mengemukakan bukti mengenai proyek fiktif yang tidak pernah terealisasi dan hanya nominal di atas kertas. Keterangannya mengenai proyek hantu irigasi ini menarik perhatian masyarakat dan memicu demonstrasi besar-besaran, yang menunjukkan tingkat frustrasi publik terhadap korupsi yang sudah berlangsung lama di negara itu.

Sebelum dibunuh secara kejam oleh dua orang pengendara sepeda motor saat ia berkendara di Kota Cagayan de Oro, Antatico secara terbuka mengecam proyek irigasi yang tidak berfungsi dan dibiarkan mangkrak. Dalam sebuah postingan di Facebook, ia menegaskan, “Sampai saat ini, petani belum bisa menggunakannya. Uji coba belum dilakukan. Bagaimana kita bisa melakukan uji coba jika ada bagian-bagian yang tidak tersambung dan sudah tertimbun lumpur?”

Pasca pengungkapan tersebut, Antatico mulai menerima ancaman pembunuhan. Awalnya, ia merespon ancaman itu dengan sikap santai, menganggapnya sebagai lelucon belaka. Namun, rekan-rekannya, termasuk Percival Batar, menilai ancaman tersebut sangat serius. “Dia kembali memberi tahu kami bahwa dia menerima ancaman pembunuhan lagi, tapi dia hanya tertawa. Kami menganggapnya enteng,” kata Batar, mengekspresikan penyesalan atas tidak adanya tindakan lebih lanjut untuk melindungi Antatico.

Setelah pembunuhan tersebut, NIA wilayah Utara Mindanao mengeluarkan pernyataan resmi yang mengutuk tindakan kekerasan tersebut. Mereka menyatakan sedang melakukan investigasi bersama pihak berwenang dan menegaskan komitmen mereka terhadap transparansi, integritas, dan akuntabilitas dalam pelayanan publik. Pernyataan tersebut menyoroti tidak adanya toleransi terhadap segala bentuk penyimpangan dalam pelaksanaan program dan proyek.

Pembunuhan Antatico juga memicu gelombang kemarahan di kalangan masyarakat Filipina. Sejumlah demonstrasi berlangsung di berbagai tempat, menyerukan penegakan hukum yang tegas terhadap praktik korupsi di institusi pemerintah. Massa menganggap bahwa tindakan kriminal ini mencerminkan ketidakadilan mendasar dalam sistem pemerintahan dan menuntut adanya sanksi kepada mereka yang terlibat dalam korupsi.

Ketidakpuasan publik terhadap situasi ini tidak hanya dipicu oleh kasus Antatico. Berbagai organisasi masyarakat sipil dan aktivis hak asasi manusia berpendapat bahwa situasi ini mencerminkan budaya impunitas yang sudah berlangsung lama. Mereka menekankan perlunya reformasi yang lebih signifikan untuk menanggulangi korupsi dan melindungi whistleblower seperti Antatico.

Penyelidikan atas pembunuhan Antatico, serta dugaan korupsi yang dilaporkan, diharapkan dapat mengungkap jaringan lebih luas dari praktik korupsi yang mungkin terlibat. Masyarakat berharap bahwa insiden ini tidak hanya menjadi berita duka, tetapi juga titik tolak bagi perubahan yang lebih baik di Filipina. Laporan independen menyarankan agar pemerintah segera mengambil langkah konkret untuk perlindungan terhadap whistleblower dan mendorong partisipasi masyarakat dalam pengawasan proyek-proyek pemerintah.

Dengan demikian, kasus Antatico tidak hanya menyoroti tingkat korupsi yang ada, tetapi juga menjadi bukti bahwa suara rakyat masih bisa menggerakkan perubahan, meskipun dengan risiko yang tinggi.

Source: www.inews.id

Berita Terkait

Back to top button