Ketua DPR AS: Shut Down Pemerintah Tahun Ini Jadi Termahal Sepanjang Sejarah

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat, Mike Johnson, mengungkapkan keprihatinannya terkait penutupan pemerintah yang terus berlanjut, yang sudah memasuki hari ke-20 hingga Senin, 20 Oktober 2025. Johnson menekankan bahwa krisis anggaran yang terjadi saat ini adalah yang paling mahal dalam sejarah negara tersebut, menjadikannya momen penting yang layak dicermati.

Kebuntuan ini terjadi setelah Senat AS melakukan pemungutan suara untuk ke-11 kalinya, namun gagal mencapai kesepakatan terkait rancangan anggaran sementara. Dari total suara, hanya 50 anggota yang mendukung rancangan yang diajukan Partai Republik, sementara 43 lainnya menolak. Untuk meloloskan rancangan tersebut, Senat membutuhkan setidaknya 60 suara, sehingga partai yang memiliki kekuasaan lebih sedikit, dalam hal ini Partai Republik, memerlukan dukungan dari Partai Demokrat.

Johnson menyalahkan Partai Demokrat atas situasi ini, menuduh mereka mengimplementasikan tindakan politik yang tidak bertanggung jawab. Ia menyatakan, “Sejak secara sembrono menutup pemerintah Amerika Serikat, Partai Demokrat telah membuat sejarah yang sangat merugikan di sini. Ini merupakan penutupan terpanjang ketiga dalam sejarah negara kita.” Peringatan ini disertai dengan fakta bahwa kebuntuan anggaran tidak hanya berdampak pada operasi pemerintahan, tetapi juga memicu masalah signifikan bagi layanan publik. Banyak pegawai negeri yang dirumahkan tanpa gaji, yang mengakibatkan dampak langsung bagi kehidupan sehari-hari mereka.

Sementara itu, kritik datang dari Partai Demokrat yang membantah tuduhan yang dilontarkan oleh Johnson. Mereka berpendapat bahwa rancangan anggaran yang diajukan oleh Partai Republik tidak benar-benar netral, terutama karena penolakan mereka untuk memasukkan pemulihan subsidi kesehatan bagi jutaan warga Amerika. Tanpa dukungan subsidi tersebut, banyak yang diperkirakan akan menghadapi lonjakan biaya asuransi yang mengkhawatirkan.

Dalam konteks yang lebih luas, situasi ini menciptakan dampak yang merugikan bagi perekonomian AS. Apabila kebuntuan anggaran tidak segera teratasi, diperkirakan dampaknya akan semakin meluas. Dari layanan kesehatan hingga pendidikan, berbagai sektor akan merasakan krisis ini. Menurut Johnson, kebuntuan ini adalah tindakan politik paling egois dan berbahaya dalam sejarah Kongres, sebuah pernyataan yang menunjukkan betapa seriusnya situasi ini bagi rakyat dan negara.

Lebih lanjut, Johnson menambahkan bahwa situasi ini mungkin mempengaruhi ribuan pegawai pemerintah yang masih menunggu kepastian tentang status pekerjaan mereka. Beberapa dari mereka berisiko di-PHK atau menghadapi keterlambatan pembayaran gaji. Bahkan, banyak lembaga pemerintah federal menghadapi kendala operasional akibat kurangnya dana, yang membawanya pada kondisi yang tidak dapat dipertahankan.

Krisis anggaran ini juga menjadi perhatian publik yang semakin meluas, mengingat banyak warga Amerika berusaha untuk memahami bagaimana kebuntuan ini dapat terjadi dan apa dampaknya bagi mereka secara langsung. Dalam beberapa pekan ke depan, jika tidak ada kemajuan yang berarti, dampak dari penutupan ini kemungkinan akan semakin jelas.

Dengan lonjakan kekhawatiran di kalangan masyarakat mengenai ketidakpastian ini, berbagai institusi dan layanan publik terpaksa menghentikan operasional mereka, menambahkan beban yang sudah ada bagi masyarakat di tengah ketidakpastian ekonomi. Penutupan pemerintah ini bukan hanya masalah politik, tetapi juga tantangan nyata yang dihadapi oleh jutaan warga Amerika dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Apa yang akan terjadi selanjutnya masih belum jelas. Namun, satu hal yang pasti adalah, semakin lama kebuntuan ini berlanjut, semakin besar dampaknya pada masyarakat dan ekonomi secara keseluruhan.

Source: www.inews.id

Exit mobile version