Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, baru-baru ini mengeluarkan pernyataan tegas yang mengancam organisasi Hamas dengan tindakan tegas jika mereka melanggar kesepakatan gencatan senjata yang telah dicapai dengan Israel. Menurut Trump, pemerintahan AS memberikan kesempatan bagi Hamas untuk menunjukkan niat baiknya, namun dia tidak segan-segan untuk mengambil langkah drastis jika janji tersebut tidak ditepati.
Dalam konferensi pers di Gedung Putih pada Selasa, 21 Oktober 2023, Trump menyatakan, “Kami membuat perjanjian dengan Hamas bahwa mereka akan berlaku baik, mereka akan berperilaku baik, mereka akan bersikap baik.” Jika hal tersebut tidak dilaksanakan, Trump menegaskan, “Kami akan pergi dan menghapuskan mereka, jika perlu.”
Pernyataan tersebut muncul di tengah meningkatnya ketegangan setelah serangkaian insiden kekerasan akhir pekan lalu yang mengancam stabilitas gencatan senjata yang baru saja dibentuk. Wakil Presiden AS, JD Vance, langsung berangkat ke Israel sebagai respon atas pernyataan Trump, bergabung dengan dua utusan tinggi AS yang sudah ada di wilayah tersebut untuk meredakan situasi yang semakin memanas. Ini menunjukkan keseriusan AS dalam menjaga tindakan diplomatis di kawasan yang sensitif ini.
Trump, yang memainkan peran kunci dalam negosiasi gencatan senjata, menyampaikan keyakinan bahwa Hamas kini dalam posisi yang lebih lemah secara regional. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya dukungan dari Iran akibat sejumlah serangan yang dilancarkan oleh AS dan Israel sepanjang tahun ini. “Mereka tidak punya sokongan dari orang lain lagi. Mereka harus berperilaku baik, dan jika tidak, mereka akan dihapuskan,” tegas Trump.
Di sisi lain, Hamas tetap berkomitmen untuk mengikuti kesepakatan gencatan senjata yang telah dicapai. Khalil al-Hayya, negosiator utama Hamas, mengungkapkan bahwa meskipun organisasi tersebut tengah menghadapi kesulitan, mereka serius dalam menjalankan kesepakatan tersebut. “Kami mengalami kesulitan besar untuk mengevakuasi jenazah, tetapi kami serius dan bekerja keras untuk mengambilnya,” ujarnya. Al-Hayya menambahkan, “Kesepakatan Gaza akan bertahan, karena kami menginginkannya dan kehendak kami untuk mematuhinya kuat.”
Ketegangan ini memunculkan kekhawatiran di tingkat internasional, terutama terkait dengan saling klaim pelanggaran gencatan senjata yang terjadi baru-baru ini. Hamas menolak tudingan bahwa mereka terlibat dalam pelanggaran tersebut, menyalahkan Israel atas upaya mencari dalih untuk melancarkan kembali operasi militer di wilayah Gaza.
Di tengah situasi ini, Trump berusaha menegaskan bahwa prioritas AS adalah untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut tanpa terjun langsung ke dalam konflik. Dia mengindikasikan bahwa beberapa negara lainnya telah sepakat untuk membentuk pasukan stabilisasi internasional, meskipun AS memilih untuk menahan diri dari keterlibatan yang lebih dalam.
Pada saat yang sama, utusan khusus Trump, Steve Witkoff, serta penasihat keluarga Trump, Jared Kushner, bertemu dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk membahas perkembangan terbaru serta langkah-langkah dalam menjaga implementasi perjanjian gencatan senjata. Pertemuan ini menunjukkan niat AS untuk tetap terlibat dalam diplomasi, meskipun mengingatkan semua pihak tentang konsekuensi serius jika gencatan senjata dilanggar.
Dengan situasi yang terus berkembang, banyak pihak akan mengamati dengan cermat bagaimana langkah-langkah selanjutnya akan diambil oleh AS dan Hamas dalam menjaga stabilitas di wilayah tersebut, serta implikasi lebih luas yang mungkin timbul akibat pernyataan Trump yang keras ini.
Source: mediaindonesia.com





