Presiden Xi Jinping baru-baru ini menyingkirkan sembilan jenderal senior dalam sebuah langkah yang dianggap memperlihatkan dinamika perebutan kekuasaan di dalam struktur politik China. Penyingkiran yang diumumkan oleh Kementerian Pertahanan Nasional pada 17 Oktober lalu menambah ketegangan menjelang pertemuan Partai Komunis China, yang dijadwalkan berlangsung antara 20 hingga 23 Oktober 2025. Langkah ini menuai berbagai spekulasi tentang kekuatan dan kendali Xi Jinping atas jajaran militer yang semakin terkikis.
Di antara sembilan jenderal yang disingkirkan, Jenderal He Weidong, yang merupakan Wakil Ketua Komisi Militer Pusat dan teman akrab Xi Jinping, menjadi sorotan utama. Tindakan ini tidak hanya menandakan reformasi dalam jajaran komando militer, tetapi juga sebagai puncak dari serangkaian pembersihan yang telah berlangsung selama satu dekade di Partai Komunis China, di mana banyak influencer politik dicopot karena dugaan korupsi dan pelanggaran disiplin.
“Kesembilan orang tersebut telah melanggar disiplin Partai secara serius dan diduga melakukan kejahatan terkait tugas berat,” demikian pernyataan dari People’s Liberation Army Daily. Ini merupakan sinyal jelas bahwa Xi ingin menegaskan kontrolnya, meski banyak analis berpendapat bahwa pemecatan ini menggambarkan gejala ketidakstabilan dalam kepemimpinan militer.
Kesulitan Penguasaan Militer
Xi Jinping, yang kini menduduki usia 71 tahun, terus berupaya memperkuat posisinya di Partai. Namun, pengamat politik mencatat bahwa langkah ini dapat diartikan sebagai ketidakmampuan Xi untuk mempertahankan kepercayaan orang-orang terdekatnya. Tristan Tang dari Jamestown Foundation mengungkapkan pertanyaan besar, “Jika Xi Jinping tidak bisa lagi mempercayai orang-orang kepercayaannya, siapa yang bisa dia percayai?”
Proses pembersihan ini bukanlah hal baru dalam sejarah politik China, di mana upaya untuk mengatasi korupsi sering kali disertai dengan konflik internal. Tindakan Xi bisa jadi merupakan langkah untuk meredakan tekanan serta menunjukkan bahwa dia tetap memiliki kekuatan meskipun dalam situasi krisis.
Perpecahan di Dalam Angkatan Bersenjata
Analisis lebih lanjut menunjukkan adanya ketegangan antara faksi lama dan baru di dalam militer. Beberapa pengamat percaya bahwa penyingkiran ini merupakan hasil dari persaingan internal, di mana jenderal yang lebih muda berusaha mendominasi posisi yang dikhususkan untuk jajaran senior. Ini menggambarkan ketidakpastian di kalangan perwira militer dan bisa menjadi tanda perpecahan yang lebih dalam di dalam Tentara Pembebasan Rakyat.
Jonathan Czin, mantan direktur Dewan Keamanan Nasional AS untuk China, menyatakan bahwa metode pembersihan ini juga berpotensi menghilangkan jaminan bagi para penerus Xi di masa depan. “Tanpa peluang untuk bangkit melalui jalur militer, penerus Xi akan kesulitan mempertahankan kekuasaan mereka,” ujarnya.
Dampak Internasional dan Stabilitas Ekonomi
Kondisi politik di dalam China memiliki dampak langsung pada politik internasional, terutama karena negara tersebut menghadapi tantangan besar terkait hubungan dengan Taiwan dan negara-negara lainnya. Ketidakstabilan dalam kepemimpinan dapat memicu kekhawatiran di dalam dan luar negeri tentang arah kebijakan luar negeri China.
“Ketidakstabilan seperti itu di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia dapat berdampak signifikan hingga ke luar perbatasan,” ungkap para analis.
Intrik Kekuasaan yang Tersembunyi
Dalam sejarah politik China, intrik dalam istana seringkali tidak terungkap hingga bertahun-tahun kemudian. Pembersihan ini menimbulkan pertanyaan tentang siapa yang akan menduduki posisi-posis penting di masa depan. Siapa yang akan menjadi penerus dan bagaimana proses suksesi ini akan berjalan tetap menjadi misteri.
Meski publik di luar China hanya mendapatkan informasi terbatas, tindakan Xi Jinping dalam menyingkirkan jenderal-jenderal senior dapat diartikan sebagai sinyal tentang potensi perubahan yang lebih besar dalam struktur kekuasaan di dalam Partai Komunis China. Dengan waktu yang tersisa untuk kepemimpinannya, Xi mungkin semakin berfokus untuk membentuk lingkungan politik yang mendukung untuk keberlanjutan kekuasaannya serta membatasi pengaruh lawan-lawannya.
Source: international.sindonews.com
