Perampokan Museum Prancis: Hampir 2.000 Koin Berharga Raib Usai Louvre

Hanya sehari setelah perampokan besar di Museum Louvre, dunia seni dan warisan budaya Prancis kembali dikejutkan dengan pembobolan di Museum Rumah Pencerahan Denis Diderot di Kota Langres. Insiden tersebut terjadi pada pagi hari Senin, 20 Oktober 2025, dan setidaknya 2.000 koin berharga berhasil dicuri dari museum, memicu kekhawatiran atas keamanan situs-situs bersejarah di negara mengenai budaya yang kaya ini.

Koin yang hilang terdiri dari 1.633 koin perak dan 319 koin emas, dengan nilai total diperkirakan mencapai €90.000 (sekitar Rp1,74 miliar). Semua koin tersebut berasal dari abad ke-18 dan ke-19, dan merupakan bagian dari koleksi museum yang dikenal sebagai “harta karun,” yang ditemukan selama renovasi gedung pada tahun 2011. Penemuan ini tidak hanya memiliki nilai material tetapi juga signifikansi sejarah yang mendalam bagi warisan budaya Prancis.

Pihak berwenang setempat menyatakan bahwa proses pembobolan tampaknya sangat terencana. Hanya barang-barang tertentu yang dicuri, sementara banyak benda berharga lainnya dibiarkan utuh. Kejadian ini menunjukkan bahwa pelaku memiliki pengetahuan mendalam tentang isi museum dan sistem keamanannya. Menanggapi insiden tersebut, pemerintah kota telah berinisiatif untuk meningkatkan pengamanan dengan menugaskan perusahaan keamanan swasta untuk melakukan pemantauan semalaman.

Serangkaian pencurian ini bukanlah kejadian terisolasi. Hanya beberapa hari sebelum pembobolan di Langres, pada 16 Oktober, Museum Nasional Sejarah Alam di Paris mengalami pencurian besar ketika bongkahan emas senilai €1,5 juta (sekitar Rp28,9 miliar) hilang. Lebih mengguncang lagi, pada 19 Oktober, delapan perhiasan era Napoleon dicuri dari Louvre dengan kerugian yang diperkirakan mencapai €88 juta (sekitar Rp1,7 triliun). Insiden-insiden ini telah memicu kritik tajam terhadap langkah-langkah keamanan yang diterapkan oleh museum-museum di Prancis.

Tanggapan publik dan kritik terhadap pemerintah semakin menguat. Marion Marechal, anggota Parlemen Eropa, menilai bahwa Prancis telah menjadi “bahan tertawaan dunia” pasca-pencurian di Louvre. Dia bahkan menyerukan pengunduran diri Direktur Louvre, Laurence Des Cars, serta kepala keamanan museum, Dominique Buffin, yang dianggap telah memprioritaskan keberagaman di atas keamanan tanpa mempertimbangkan potensi risiko.

Jordan Bardella, presiden National Rally, juga mengemukakan pendapat kerasnya, menyebut pencurian di Louvre sebagai “penghinaan tak tertahankan” dan cerminan dari “kebusukan negara.” Penarikan perhatian terhadap isu keamanan ini juga terlihat dari desakan agar pemerintah mengambil langkah nyata untuk melindungi warisan budaya yang tak ternilai ini.

Selain kritik, kejadian-kejadian ini mendorong pemerintah untuk mengevaluasi kembali protokol keamanan di seluruh museum di Prancis. Tindakan responsif diperlukan agar masyarakat dapat tetap menikmati dan mengapresiasi kekayaan budaya tanpa rasa khawatir akan kehilangan barang berharga. Penguatan sistem keamanan, termasuk peningkatan teknologi dan pelatihan staf, diharapkan dapat mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan.

Sebagai bagian dari langkah awal, Museum Rumah Pencerahan Denis Diderot sudah menutup akses sementara untuk melakukan evaluasi keamanan dan perbaikan. Masyarakat berharap, dengan adanya perhatian lebih terhadap aspek keamanan, pengalaman mengunjungi museum di Prancis dapat lebih nyaman dan aman.

Krisis ini juga memunculkan perdebatan tentang bagaimana pemerintah Prancis seharusnya menangani dan melestarikan warisan budaya. Masyarakat, akademisi, dan penggiat seni mendesak adanya revisi menyeluruh terhadap kebijakan yang mengatur pengamanan museum dan item-item berharga agar pencurian yang merugikan tidak terjadi lagi di kemudian hari.

Source: news.okezone.com

Exit mobile version