Amandla! Awethu! Makna Teriakan Prabowo dan Presiden Afrika Selatan

Dalam pertemuan resmi di Istana Negara, Jakarta, Presiden Prabowo Subianto memicu perhatian global dengan teriakannya yang menggetarkan: “Amandla!”. Jawaban penuh semangat dari Presiden Afrika Selatan, Matamela Cyril Ramaphosa dengan “Awethu!” menandai sebuah momen historis yang lebih dari sekedar simbol. Seruan ini, yang berarti “Kekuatan Milik Rakyat!”, mengaitkan kedua pemimpin dalam konteks perjuangan melawan penindasan dan kolonialisme, suatu ikatan yang tumbuh dari sejarah panjang masing-masing bangsa.

“Amandla! Awethu!” bukan sembarang teriakan. Frasa ini kaya akan makna, lahir dari perjuangan melawan rezim apartheid di Afrika Selatan. “Amandla”, yang berarti “kekuatan” dalam bahasa Zulu dan Xhosa, telah menjadi simbol mobilisasi dan semangat perjuangan bagi banyak tokoh berpengaruh, seperti Nelson Mandela dan pejuang African National Congress (ANC). Di sisi lain, “Awethu” yang berarti “milik kita” atau “milik rakyat” mengekspresikan pengakuan akan kekuatan kolektif dalam menuntut keadilan.

Gestur Prabowo meneriakkan seruan tersebut menunjukkan pemahamannya terhadap nilai-nilai sejarah dan solidaritas yang selama ini terjalin antara Indonesia dan Afrika Selatan. Secara diplomatik, langkah ini bukan sekadar untuk bergembira, tetapi menyampaikan pesan mendalam akan penghormatan kepada perjalanan rakyat Afrika Selatan. Prabowo tidak hanya mengakui perjuangan mereka, melainkan juga menegaskan posisi Indonesia sebagai negara yang memiliki komitmen dalam pendukungannya terhadap perjuangan rakyat terjajah di era kolonial.

Ada beberapa pesan yang dapat diambil dari momen diplomasi ini. Pertama, penghormatan mendalam Prabowo terhadap sejarah dan pengalaman rakyat Afrika Selatan. Kedua, pengingat akan solidaritas bersejarah yang telah terjalin dalam konteks perjuangan kemerdekaan di masa lalu, seperti saat Konferensi Asia-Afrika 1955 di Bandung, yang memberi inspirasi tidak hanya bagi pemimpin Indonesia, tetapi juga bagi pemimpin pembebasan di Afrika Selatan. Ketiga, teriakan tersebut mencerminkan kesamaan visi antara kedua bangsa dalam memperjuangkan kedaulatan dan keadilan global.

Ketika Ramaphosa menjawab dengan “Awethu!”, hal itu mengindikasikan bahwa pesan tersebut diterima dengan baik, mencairkan suasana formal menjadi lebih akrab dan bersahabat. Momen ini juga menekankan pentingnya kerja sama antarnegara berkembang, dengan semakin menguatnya solidaritas Selatan-Selatan. Saat ini, “Amandla! Awethu!” tidak hanya menjadi simbol perjuangan melawan apartheid, tetapi juga menjadi representasi kolektif negara-negara di belahan dunia selatan yang berjuang untuk mencapai kemandirian ekonomi dan melawan neo-kolonialisme.

Dalam konteks yang lebih luas, langkah Prabowo mencerminkan komitmen Indonesia untuk berperan sebagai pemimpin di antara negara-negara berkembang, memperkuat hubungan yang lebih berarti dan berdampak dibandingkan sekadar hubungan bilateral biasa. Hubungan ini berdasar pada sejarah yang sama dan cita-cita untuk masa depan yang lebih baik.

Dengan seruannya, Prabowo mengingatkan kita bahwa kekuatan sesungguhnya berasal dari rakyat. Pesan ini adalah cerminan relevansi perjuangan di tingkat global. Setiap teriakan “Amandla!” bukan hanya untuk sejarah yang telah lalu tetapi juga harapan akan masa depan yang lebih sejahtera bagi semua. Bagaimana pendapat Anda tentang cara Presiden Prabowo menggunakan simbolisme sejarah dalam diplomasinya? Diskusikan pandangan Anda di kolom komentar!

Source: www.suara.com

Exit mobile version