Pemerintahan Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump meningkatkan keberadaan militer di kawasan Karibia dengan pengiriman kapal induk USS Gerald R. Ford. Keputusan ini diumumkan pada tanggal 24 Oktober 2025 sebagai bentuk unjuk kekuatan yang melampaui langkah-langkah antinarkotika yang telah dilakukan sebelumnya. Langkah ini dianggap sebagai respons signifikan terhadap meningkatnya ketegangan dengan Venezuela, di mana pemerintahannya dituduh oleh AS terlibat dalam penyembunyian pengedar narkoba dan pelanggaran terhadap tatanan demokrasi.
Kehadiran USS Gerald R. Ford menambah armada yang terdiri dari delapan kapal perang, sebuah kapal selam nuklir, dan pesawat tempur F-35 yang telah beroperasi di area tersebut. Menurut juru bicara Pentagon, Sean Parnell, eskalasi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan AS dalam mendeteksi, memantau, dan menghentikan aktivitas ilegal yang dianggap mengancam keselamatan nasional serta keamanan di Belahan Barat. Meski Parnell tidak merinci jadwal pemindahan kapal tersebut, informasi terkini menunjukkan bahwa USS Ford baru-baru ini berlayar melewati Selat Gibraltar menuju Eropa.
USS Gerald R. Ford, yang dioperasikan sejak tahun 2017, adalah salah satu kapal induk tercanggih di dunia. Dengan lebih dari 5.000 pelaut, kapal ini memiliki kemampuan untuk mendukung lebih dari 75 pesawat tempur dan dilengkapi dengan teknologi radar canggih serta sistem persenjataan yang dapat melawan berbagai ancaman. Dalam beberapa bulan terakhir, militer AS telah melancarkan serangan terhadap kapal-kapal yang diduga terlibat dalam penyelundupan narkoba di Karibia, mengakibatkan sekitar 40 orang tewas, beberapa di antaranya dilaporkan adalah warga Venezuela.
Ketegangan antara AS dan Venezuela semakin meningkat setelah Presiden Nicolas Maduro mengklaim bahwa pemerintahannya menjadi target usaha penggulingan oleh AS. Dalam pernyataan terbarunya, Maduro memperingatkan bahwa intervensi militer akan memicu perlawanan dari rakyat Venezuela, yang siap untuk berjuang. Selain itu, Washington baru-baru ini meningkatkan imbalan untuk informasi yang bisa membawa pada penangkapan Maduro menjadi sebesar 50 juta dolar, dengan tuduhan keterlibatan dalam perdagangan narkoba, yang dibantah keras oleh Maduro.
Persoalan ini diperparah oleh ketegangan antara AS dan Kolombia. Trump menuduh Presiden Kolombia Gustavo Petro sebagai “pemimpin narkoba ilegal,” sebuah pernyataan yang mendapat reaksi keras dari pemerintahan Petro. Di tengah situasi ini, sejumlah sumber melaporkan bahwa CIA telah diberi wewenang untuk melakukan operasi rahasia terkait dinamika di Venezuela, yang menunjukkan skala keterlibatan AS dalam konflik ini.
Pengiriman USS Gerald R. Ford menjadi sorotan karena keterbatasan jumlah kapal induk yang dimiliki AS, di mana hanya ada 11 kapal yang tersedia dan pengaturan jadwalnya biasanya dilakukan jauh-jauh hari. Konteks pengerahan ini berbeda dari pengerahan sebelumnya, seperti USS George Washington, yang dijadwalkan sebelumnya untuk keperluan latihan. USS Ford, dengan kapasitasnya yang tinggi, serta jajaran kapal pendukung yang tangguh, menunjukkan komitmen AS untuk terlibat aktif dalam menjaga stabilitas di kawasan.
Konflik ini tidak hanya menarik perhatian pada skala militer, tetapi juga dapat mempengaruhi dinamika politik dan ekonomi di Amerika Latin. Dengan situasi yang terus berkembang, langkah-langkah yang diambil oleh AS akan menjadi penentu bagi masa depan hubungan antarnegara di kawasan tersebut. Bagi banyak kalangan, termasuk dalam pemerintahan berbasis progresif di Kolombia, situasi ini menciptakan tantangan yang kompleks dan harus dihadapi dengan kebijakan yang hati-hati dan diplomasi maju.
Source: news.okezone.com
