Faksi-faksi Palestina, termasuk kelompok perlawanan Hamas, telah mencapai kesepakatan untuk menyerahkan pengelolaan Jalur Gaza kepada sebuah komisi sementara yang diisi oleh teknokrat setempat. Kesepakatan ini dicapai dalam pertemuan yang berlangsung di Kairo pada 24 Oktober 2025. Hal ini menjadi langkah penting untuk menata kembali kehidupan di Gaza pascakonflik, terutama setelah dampak destruktif dari serangan militer Israel.
Dalam pernyataan resmi, Hamas mengungkapkan bahwa para peserta pertemuan sepakat untuk melibatkan negara-negara Arab dan organisasi internasional dalam manajemen Gaza. “Kami ingin mengelola kehidupan sehari-hari di masa pascaperang melalui kerja sama ini,” kata Hamas. Langkah ini menunjukkan upaya faksi-faksi Palestina untuk menyatukan visi dan memfasilitasi pemulihan wilayah yang telah hancur akibat konflik berkepanjangan.
Selain pengelolaan pemerintahan, pertemuan tersebut juga membahas pembentukan komite internasional yang bertugas mengawasi pendanaan dan pelaksanaan rencana rekonstruksi Gaza. Komite ini bertujuan untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam penggunaan dana yang dialokasikan untuk proses pemulihan. Dengan kerusakan yang luas di Gaza, kolaborasi internasional dipandang penting untuk keberhasilan rekonstruksi.
Faksi-faksi Palestina juga menekankan pentingnya adopsi resolusi PBB yang mengusulkan penempatan pasukan penjaga perdamaian di Jalur Gaza. Langkah ini diharapkan dapat membantu mengawasi gencatan senjata yang telah diterapkan sejak 10 Oktober lalu. Dengan adanya penjaga perdamaian, diharapkan ketegangan bisa diminimalisir dan kondisi keamanan di wilayah tersebut dapat terjamin.
Menyusul kesepakatan ini, Hamas juga mengungkapkan bahwa mereka telah membebaskan seluruh sandera yang ditahan sejak 7 Oktober 2023. Sebagai balasan, Israel juga membebaskan sejumlah besar tahanan Palestina, termasuk mereka yang sedang menjalani vonis berat. Situasi ini merupakan bagian dari kesepakatan yang lebih luas yang dimediasi oleh Amerika Serikat dan diharapkan dapat menciptakan kondisi yang lebih stabil di kawasan.
Komitmen untuk pembangunan kembali Gaza juga didukung dengan pengembalian jenazah para sandera yang meninggal dalam penahanan. Hamas berjanji untuk mengembalikan seluruh jenazah yang tersisa sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat.
Masyarakat internasional memberikan perhatian besar terhadap situasi di Gaza. Banyak pihak berharap bahwa langkah-langkah ini dapat mengarah pada perdamaian yang lebih langgeng dan peningkatan kehidupan masyarakat Palestina. Pendanaan serta dukungan internasioanl dalam proses rekonstruksi sangat diharapkan guna mempercepat perbaikan infrastruktur yang rusak parah.
Sebagaimana disampaikan oleh sejumlah pengamat, komisi sementara ini diharapkan dapat mengurangi rivalitas di antara faksi-faksi yang ada di Palestina dan mendorong kerja sama demi kepentingan bersama. Akankah langkah ini membawa perubahan positif bagi Gaza dan masyarakatnya? Waktu yang akan menjawab, namun harapan akan stabilitas dan kemanusiaan di kawasan tetap ada.
Tantangan ke depan tetap besar, mulai dari mengatasi dampak kemanusiaan, rekonstruksi infrastruktur, hingga membangun kembali kepercayaan antara berbagai pihak terkait. Kerjasama yang baik antara faksi-faksi Palestina, dukungan negara-negara Arab, dan perhatian dari organisasi internasional menjadi kuncinya.
Source: www.viva.co.id
