Militer Israel (IDF) mengonfirmasi bahwa mereka telah melakukan penyerangan terhadap pasukan penjaga perdamaian PBB, UNIFIL, di Lebanon selatan pada Minggu, 26 Oktober 2025. Penyerangan ini dilakukan sebagai balasan setelah UNIFIL menembak jatuh drone Israel yang terbang di wilayah patroli mereka. Ini mengindikasikan peningkatan ketegangan yang signifikan di kawasan setelah beberapa insiden serupa sebelumnya.
Menurut IDF, mereka menjatuhkan granat dari drone sebagai respons atas tindakan UNIFIL. Israel mengklaim bahwa drone yang ditembak jatuh tidak menimbulkan ancaman bagi pasukan PBB tersebut. “Drone kami dihadang dengan tindakan defensif yang diperlukan oleh pasukan penjaga perdamaian,” ujar pernyataan resmi IDF. Namun, UNIFIL menyatakan bahwa penembakan ini adalah pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB dan kedaulatan Lebanon.
UNIFIL menyebut insiden ini sebagai tindakan agresif. “Sebuah drone Israel mendekati patroli UNIFIL dan menjatuhkan granat. Kami juga menerima laporan bahwa sebuah tank Israel melepaskan tembakan ke arah pasukan kami,” ungkap juru bicara UNIFIL. Kejadian tersebut memicu protes dari pihak PBB, yang menilai tindakan Israel mengabaikan keselamatan pasukan penjaga perdamaian.
Sebagai tambahan, IDF membantah tuduhan mengenai penembakan ke arah pasukan UNIFIL, menyatakan bahwa insiden tersebut sedang diselidiki lebih lanjut melalui jalur komunikasi militer yang ada. Hal ini menunjukkan adanya ketidakpastian yang terus berlanjut tentang peran dan tindakan masing-masing pihak di lapangan.
### Pelanggaran Kedaulatan
Menurut UNIFIL, serangan ini termasuk dalam kategori pelanggaran resolusi Dewan Keamanan PBB 1701 yang mengatur kedaulatan Lebanon. Tindakan IDF dinilai sebagai bentuk pengabaian terhadap keselamatan dan keamanan misi PBB di lapangan. “Insiden ini menunjukkan ketegangan yang meningkat di perbatasan dan tantangan besar dalam menjalankan misi kami,” tambah pernyataan UNIFIL.
Militer Israel selama ini berargumen bahwa mereka harus mengambil tindakan defensif untuk mencegah bisa berkembangnya pengaruh Hizbullah di dekat perbatasan. Penyerangan ke Lebanon ini bukanlah yang pertama; sebelumnya, UNIFIL juga mengklaim mengalami serangan serupa, di mana seorang prajurit terluka. IDF menjelaskan bahwa mereka tidak pernah berniat untuk melukai pasukan penjaga perdamaian dan selalu berusaha untuk membubarkan aktivitas Hizbullah.
### Dampak dan Respon Internasional
Keberadaan UNIFIL di Lebanon sudah berlangsung sejak tahun 1978 dan terdiri dari sekitar 10.000 personel dari hampir 50 negara. Mereka bertugas untuk memisahkan Israel dan Lebanon serta menjaga gencatan senjata. Namun, Israel merasa bahwa keberadaan pasukan PBB ini tidak cukup efektif dalam membendung ancaman dari Hizbullah.
Perang antara Israel dan Hizbullah yang terakhir terjadi pada tahun 2006 berakhir dengan resolusi Dewan Keamanan yang baru. Momen tersebut seharusnya menjadi titik tolak dalam meredakan ketegangan di kawasan, tetapi insiden yang terus berulang menunjukkan bahwa situasi masih jauh dari stabil.
### Kesimpulan
Insiden serangan drone ini mencerminkan kompleksitas situasi di kawasan. Israel dan UNIFIL harus mencari jalan untuk berkomunikasi lebih efektif dan mengurangi ketegangan yang selanjutnya dapat menimbulkan konsekuensi buruk. Dalam hubungan internasional, setiap tindakan militer dapat memberikan dampak yang dalam terhadap stabilitas daerah. Oleh karena itu, perhatian global terhadap situasi ini tetap penting, terutama dalam upaya memelihara perdamaian di Timur Tengah.
Source: www.viva.co.id
