Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan bahwa rencana perdamaian terkait Jalur Gaza telah memasuki fase kedua. Dalam sebuah pernyataan dari pesawat Air Force One dalam perjalanan dari Jepang menuju Korea Selatan, Trump menyatakan, "Kita memasuki fase kedua." Pernyataan ini muncul setelah pengajuan 20 poin rencana perdamaian Gaza pada awal bulan ini dan diungkapkan pada 29 Oktober 2025, mengindikasikan kemajuan dalam upaya menyelesaikan konflik yang berkepanjangan.
Meskipun pernyataan tersebut menunjukkan kemajuan, Trump tidak memberikan rincian spesifik tentang apa yang diharapkan dari tahap baru ini. Namun, sumber-sumber menyebutkan bahwa perjanjian gencatan senjata tahap kedua mencakup beberapa poin penting, antara lain pengerahan pasukan penjaga perdamaian ke Gaza, pembentukan pemerintahan sementara, serta pelucutan senjata kelompok Hamas.
Pengerahan Pasukan Penjaga Perdamaian
Salah satu aspek krusial dari rencana ini adalah pengiriman pasukan internasional ke wilayah Gaza. Namun, kabar ini tidak serta merta menjamin pelaksanaan yang mulus. Israel, sebagai negara yang terlibat langsung, kemungkinan akan mengajukan keberatan terhadap pasukan dari negara-negara tertentu yang diusulkan untuk mengirimkan pasukannya. Hal ini mengindikasikan bahwa proses diplomasi dalam menentukan kekuatan penjaga perdamaian bisa mengalami sejumlah kendala.
Pelucutan Senjata Hamas
Di sisi lain, pelucutan senjata Hamas juga menjadi tantangan besar. Sebagai salah satu kelompok perlawanan terbesar di Gaza, Hamas telah secara tegas menyatakan tidak akan menyerahkan senjata mereka sampai Tentara Nasional Palestina terbentuk. Hal ini menunjukkan ketidakpastian dan kerumitan yang mengelilingi negosiasi ini, sama seperti tantangan dalam merekrut negara-negara untuk berkontribusi dalam misi perdamaian.
Respons dari Pihak Israel
Reaksi dari pihak Israel juga menjadi faktor penting dalam perkembangan rencana perdamaian ini. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah menunjukkan sikap skeptis terhadap rencana yang diajukan oleh Trump. Menurut Netanyahu, Israel tidak ingin dijadikan objek yang harus mengikuti arahan dari pihak luar dalam hal penempatan pasukan perdamaian. Sifat sensitif dari situasi tersebut membuat setiap langkah yang diambil menjadi subjek perdebatan dan analisis.
Implikasi Domestik dan Internasional
Keputusan-percaturan ini memiliki implikasi yang jauh lebih luas, baik secara domestik maupun internasional. Dengan meningkatnya ketidakstabilan di kawasan, pengembangan rencana damai dipandang sebagai langkah yang diperlukan, meskipun tidak tanpa risiko. Menurut beberapa pengamat internasional, keberhasilan rencana perdamaian ini tidak hanya akan bergantung pada kesepakatan di antara pihak-pihak yang bersengketa, tetapi juga pada komitmen komunitas internasional untuk mendukung proses tersebut.
Kesimpulan di Ujung Tanduk
Walaupun fase kedua rencana perdamaian Gaza ini menawarkan harapan baru, pelaksanaannya dapat dipenuhi dengan berbagai rintangan. Baik masalah otoritas lokal dalam hal pelucutan senjata maupun respons dari organisasi internasional dalam mengirimkan pasukan perdamaian, semuanya merupakan bagian dari teka-teki yang kompleks ini. Para pengamat tetap waspada, menunggu langkah selanjutnya dalam negosiasi yang penuh tantangan ini. Bagi banyak pihak, masa depan Gaza tergantung pada kemampuan untuk memperjelas dan menindaklanjuti komitmen yang telah dibuat di meja perundingan.
Source: www.inews.id





