
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, baru-baru ini memberikan komentar mengenai serangan terbaru oleh Israel di Jalur Gaza, di mana ia mengklaim bahwa Israel berhak untuk membalas serangan dari kelompok Hamas. Dalam pernyataannya pada 29 Oktober 2025, Trump menegaskan bahwa respons Israel terhadap serangan yang terjadi tidak akan melanggar gencatan senjata yang telah ditetapkan. Menurutnya, situasi ini tidak akan membangkitkan ancaman terhadap perjanjian damai yang tengah dijalankan di kawasan tersebut.
Trump, yang sedang dalam perjalanan dari Tokyo ke Korea Selatan di atas Air Force One, menyebut bahwa proses perdamaian di Timur Tengah kini memasuki fase kedua. Namun, ia tidak merinci lebih lanjut apa yang dimaksud dengan fase baru tersebut. “Kita memasuki fase kedua,” ujarnya singkat. Dalam pernyataan tersebut, Trump juga menyampaikan bahwa Hamas merupakan pihak yang sangat kecil dalam keseluruhan proses perdamaian di Timur Tengah.
Sementara itu, serangan Israel yang dimaksud dalam pernyataan tersebut telah menewaskan sedikitnya 20 warga Palestina setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memerintahkan tindakan militer pada Selasa lalu. Serangan itu terjadi menyusul baku tembak di Rafah, yang melibatkan seorang tentara Israel yang terluka. Insiden ini mencatatkan peningkatan kekerasan signifikan di Gaza, mengingat gencatan senjata yang diprakarsai Trump mulai berlaku pada 10 Oktober 2025.
Hamas sendiri, melalui sayap bersenjatanya Brigade Qassam, mengklaim bahwa Israel telah melanggar perjanjian gencatan senjata. Mereka juga menuduh bahwa tindakan militer tersebut dapat menghambat proses pengambilan jenazah sejumlah tawanan yang hilang. “Setiap eskalasi yang dilakukan oleh Israel akan mengganggu operasi pencarian dan pemulihan jenazah dari 13 tawanan yang tersisa,” ungkap pernyataan mereka.
Di tengah ketegangan ini, Wakil Presiden AS, JD Vance, menekankan bahwa gencatan senjata yang ada masih tetap berfungsi, meskipun terdapat insiden serangan dari kedua belah pihak. “Kita menyadari bahwa mungkin akan ada pertempuran kecil, tetapi perdamaian yang dijanjikan presiden akan tetap dapat terjaga,” katanya kepada wartawan di Capitol Hill. Vance juga menekankan pentingnya respons dari Israel terhadap serangan yang terjadi.
Meskipun terdapat pernyataan dari pejabat AS mengenai perlunya menjaga gencatan senjata, situasi di lapangan tetap tegang. Hamas membantah keterlibatannya dalam insiden penyerangan yang terjadi di Rafah. Sebagai salah satu aktor kunci dalam konflik ini, peran Hamas dan tindakan Israel akan terus menjadi sorotan di mata dunia.
Krisis yang melanda Gaza bukanlah hal baru, dan komentar dari Trump menandakan bahwa ketegangan antara Israel dan Palestina mungkin akan terus berlanjut dalam waktu dekat. Masyarakat internasional akan memperhatikan dengan seksama bagaimana dinamika baru ini akan mempengaruhi upaya perdamaian yang sudah berlangsung. Mengingat kompleksitas situasi dan berbagai kepentingan yang terlibat, proses menuju perdamaian tidak akan menjadi hal yang mudah.
Dalam situasi ini, masyarakat global dan pemimpin dunia diharapkan mampu berperan lebih aktif dalam mendorong dialog dan penyelesaian yang memungkinkan bagi kedua belah pihak. Keberlanjutan gencatan senjata dan upaya diplomatik sangat diperlukan agar masyarakat sipil dapat hidup dalam damai di kawasan yang telah lama bergolak ini.
Source: international.sindonews.com





