
Sosok Chen Zhi kini menjadi sorotan di kalangan pengamat internasional setelah diduga terlibat dalam jaringan judi online (judol) di Kamboja. Keterlibatannya dalam bisnis ilegal ini menunjukkan bahwa ia diduga membangun korporasi kriminal yang beroperasi dalam skala besar. Chen, yang merupakan pendiri dan pemimpin Prince Holding Group, dituduh mengelola sindikat penipuan dan penggelapan uang dengan nilai mencapai miliaran dolar dari berbagai jenis mata uang kripto.
Kementerian Keuangan Amerika Serikat melaporkan bahwa mereka berhasil merampas bitcoin senilai US$ 14 miliar, yang diduga terkait dengan bisnis yang dijalankan Chen Zhi di Kamboja. Pengusaha yang berusia 37 tahun ini sebelumnya merupakan warga negara China sebelum ia memutuskan menetap dan menjadi warga negara Kamboja pada 2011. Di Kamboja, ia memanfaatkan peluang emas yang ditawarkan oleh pertumbuhan ekonomi yang pesat, terutama di sektor properti dan pariwisata.
Awal Karier dan Perkembangan Prince Holding Group
Karier Chen Zhi dimulai di Fujian, Tiongkok, di sebuah perusahaan gim internet kecil. Setelah menemui jalan buntu di China, ia memilih untuk berpindah ke Kamboja dan beralih menjadi agen real estate. Pembangunan infrastruktur yang pesat, ditandai dengan maraknya gedung tinggi dan kasino, memberi kesempatan bagi Chen untuk mengembangkan usahanya. Pada 2015, ia mendirikan Prince Group, yang fokus pada sektor properti dan berkontribusi pada transformasi Kamboja dari kota kolonial menjadi salah satu pusat investasi di Asia Tenggara.
Seiring berkembangnya Prince Holding Group, Chen Zhi telah menandai beberapa pencapaian penting, termasuk mendapatkan lisensi untuk mendirikan bank dan maskapai penerbangan. Namun, keberadaan skema penipuan dan praktik tidak etis di balik bisnisnya kini menjadi sorotan. Penggunaan tenaga kerja migran yang ditahan dan dipaksa beroperasi dalam kondisi yang tidak manusiawi adalah salah satu tuduhan yang dihadapi oleh perusahaannya.
Tuduhan Penipuan dan Pencucian Uang
Departemen Kehakiman AS menuding Chen Zhi terlibat dalam pencucian uang dan modus penipuan yang lebih luas. Menurut laporan, Prince Holding Group menggunakan taktik manipulatif untuk menjebak ribuan korbannya di seluruh dunia. Korban-korban ini sering kali dihubungi melalui platform media sosial, di mana mereka dibujuk untuk berinvestasi dalam proyek yang tidak ada, dimanfaatkan dengan janji keuntungan investasi yang tidak masuk akal.
Meski sudah berada dalam pengawasan ketat oleh pihak berwenang di AS dan China, Chen Zhi tetap belum dapat ditemukan dan kini masuk ke dalam daftar pencarian orang. Pihak Prince Holding Group membantah semua tuduhan dan menegaskan bahwa mereka tidak terlibat dalam aktivitas penipuan digital.
Reaksi dan Dampak Terhadap Kamboja
Keberadaan Chen Zhi dan Prince Holding Group telah membawa dampak signifikan terhadap citra Kamboja. Negara ini kini dikenal sebagai salah satu pusat sindikat penipuan daring terbesar di dunia. Penegakan hukum yang lemah di Kamboja telah menjadi perhatian internasional, dan situasi ini mendorong banyak pihak untuk mendesak pemerintah Kamboja agar melakukan langkah proaktif untuk mengatasi jaringan kriminal yang semakin merajalela.
Keberhasilan Chen Zhi dalam membangun sebuah imperium bisnis yang kuat, sekaligus terjerat dalam tindak pidana, menjadikan kisahnya kompleks. Ini menggambarkan pergeseran dalam cara bisnis dijalankan di negara-negara dengan regulasi yang belum solid, serta potensi dampak negatif bagi masyarakat yang rentan.
Dengan kehadiran sosok seperti Chen Zhi, Kamboja menghadapi tantangan besar dalam upaya untuk menjadi negara investasi yang lebih aman sekaligus melindungi warganya dari praktik-praktik yang merugikan. Pekerja migran yang harus menanggung konsekuensi dari tindakan Chen menggambarkan betapa mempengaruhinya sektor ekonomi informal dan kebijakan yang ada.
Source: www.beritasatu.com





