
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa serangan terbaru oleh Israel telah mengakibatkan kematian sedikitnya 104 warga Palestina, dengan hampir setengahnya merupakan anak-anak dan wanita. Insiden tragis ini terjadi di tengah eskalasi ketegangan setelah Israel menuduh Hamas melanggar gencatan senjata. Tuduhan tersebut mencuat setelah seorang tentara Israel dilaporkan tewas akibat serangan yang diklaim dilakukan oleh Hamas.
Militer Israel beralasan bahwa mereka menyerang puluhan target yang dianggap teroris sebagai respons terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh Hamas. Menurut Menteri Pertahanan Israel, serangan tersebut merupakan langkah balasan atas apa yang ia sebut sebagai ancaman terhadap keamanan negaranya. Namun, Hamas membantah tuduhan ini dan menyatakan bahwa pernyataan Israel hanya sebagai upaya untuk merusak upaya gencatan senjata yang dimediasi oleh Amerika Serikat.
Serangan tersebut terjadi di berbagai lokasi di Gaza, termasuk Kota Gaza, Beit Lahia, Bureij, Nuseirat, dan Khan Younis. Saksi mata melaporkan ledakan besar yang mengguncang area perumahan, diikuti oleh kolom api dan asap yang menjulang tinggi. Pusat-pusat kesehatan di Gaza menyatakan bahwa lebih dari 250 orang terluka akibat serangan ini.
Di lingkungan Sabra, empat anggota keluarga al-Banna ditemukan tewas di antara reruntuhan rumah mereka. Sementara itu, di kamp pengungsi di Bureij, lima anggota keluarga Abu Sharar menjadi korban serangan yang menghancurkan rumah mereka. Di Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, para wanita berduka atas kehilangan seorang ibu bernama Bayan al-Shawaf beserta keempat anaknya, yang tewas dalam serangan di tenda tempat mereka tinggal. Ungkapan kesedihan dan keputus-asaan mereka, “Dunia macam apa ini? Apakah ini yang namanya gencatan senjata?” merefleksikan betapa dalamnya dampak dari konflik ini terhadap kehidupan masyarakat sipil.
Data dari Kementerian Kesehatan Gaza menunjukkan bahwa di antara 104 korban jiwa, 46 di antaranya adalah anak-anak dan 20 merupakan wanita. Kehilangan nyawa yang besar ini lagi-lagi menegaskan dampak konflik yang tidak berimbang, di mana masyarakat sipil yang paling rentan harus membayar harga tertinggi dalam setiap serangan militer.
Pernyataan Presiden AS, Donald Trump, menyiratkan dukungan terhadap tindakan balasan Israel, meskipun ia mengklaim bahwa gencatan senjata tetap aman. Namun, pandangannya dapat diperdebatkan, terutama setelah melihat angka kematian yang melibatkan banyak anak dan wanita. Serangan terbaru ini semakin memperburuk situasi kemanusiaan di Gaza, di mana akses terhadap bantuan dan layanan kesehatan semakin terbatas akibat konflik yang berkepanjangan.
Akibat eskalasi kekerasan ini, banyak warga Palestina yang terjebak dalam siklus ketakutan dan kehilangan, sementara situasi di lapangan semakin memburuk. Dengan menyaksikan rumah-rumah yang hancur dan keluarga-keluarga yang tercerai berai, masyarakat internasional diharapkan dapat memberikan perhatian lebih terhadap krisis kemanusiaan ini.
Kenyataan di lapangan menunjukkan betapa tragisnya konflik yang berlangsung antara Israel dan Hamas. Saat dunia mengamati, pertanyaan yang terus mengemuka adalah bagaimana mengakhiri siklus kekerasan ini dan memberikan harapan untuk masa depan yang lebih damai bagi anak-anak dan keluarga di Gaza. Kita perlu mengingat, di balik setiap angka dan laporan, ada nyawa-nyawa yang berharga yang hilang dalam ketegangan yang berkepanjangan.
Source: news.okezone.com





